Kinshasa, 25 Rajab 1428/22 April 2017 (MINA) – Unicef badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi dan anak-anak mengungkapkan, sedikitnya 2.000 anak-anak hidup dalam tekanan di bawah kepungan atau perangkap kelompok militan di wilayah Kasai, Republik Demokratik Kongo (DRC).
Selain itu, Unicef pada Jumat (21/4) mengatakan lebih dari 600.000 orang mengungsi karena meningkatnya kekerasan di wilayah itu.
Badan PBB tersebut juga menyatakan, keamanan dan krisis kemanusiaan telah memengaruhi lebih dari 1,5 juta anak secara keseluruhan,World Bulletin melaporkan.
“Anak-anak Kasai dipaksa menghadapi kesulitan yang mengerikan, ratusan anak-anak terluka dalam kekerasan tersebut, laporan menunjukkan anak-anak ditahan, diperkosa, dan bahkan dieksekusi,” ujar Tajudeen Oyewale, perwakilan UNICEF di DRC, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hezbollah Hampir Tercapai
Sedikitnya 300 anak telah terluka parah dan lebih dari 4.000 orang telah terpisah dari keluarga mereka, menurut PBB.
Badan PBB tersebut juga mengatakan 350 sekolah telah hancur di provinsi yang sama, sementara satu dari tiga pusat kesehatan di Kasai Tengah tidak beroperasi lagi.
Kasai Tengah adalah basis kelompok Kamwina Nsapu. Kekerasan antara Kamwina Nsapu dan pasukan keamanan memburuk pada Agustus 2016 setelah tentara pemerintah membunuh pemimpin kelompok tersebut.
Sejauh ini lebih dari 400 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan keamanan Kongo dan milisi, menurut PBB.
Baca Juga: Bentrok Polisi vs Pendukung Imran Khan, Ibu Kota Pakistan Lockdown
Pada hari Rabu, PBB mengatakan telah menemukan 17 kuburan massal tambahan di Provinsi Kasai Tengah, sehingga jumlah kuburan massal yang didokumentasikan di DRC menjadi 40. (R11/B05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Minuman Cola Gaza ”Bebas Genosida” Hebohkan Inggris