Kabul, MINA – Laporan terbaru Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengungkap, 27.000 warga Afghanistan terlibat dalam penggunaan narkoba berisiko tinggi, menghadapi kemiskinan, kurangnya pendidikan, tuna wisma, dan konsekuensi sosial dan kesehatan yang serius.
Studi tersebut menggambarkan gambaran yang gamblang tentang dampak kecanduan, yang menunjukkan kerentanan sosial dan ekonomi yang meluas di seluruh negeri. Khaama Press melaporkan.
Laporan tersebut secara resmi dirilis pada Kamis, 26 Juni 2025, di Kabul. Diperkirakan sekitar 27.000 orang, termasuk 2.670 wanita dan 2.150 anak di bawah usia 15 tahun, terlibat dalam penggunaan narkoba berisiko tinggi, dengan hampir setengahnya tidak memiliki pendidikan formal dan satu dari lima orang hidup tanpa tempat tinggal.
Temuan menyoroti pergeseran yang meresahkan dari penggunaan ganja dan opium tradisional menuju heroin dan metamfetamin. Zat-zat ini menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar, yang menyebabkan kecanduan, overdosis, penyakit menular, dan isolasi di antara kelompok rentan.
Baca Juga: Prabowo, Macron Bahas Penguatan Kerja Sama RI–Prancis dan Isu Palestina
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa penyuntikan narkoba juga lazim dilakukan, dengan sekitar 8% responden melaporkan penyuntikan narkoba dan lebih dari 75% mengaku berbagi jarum suntik. Akses terbatas ke peralatan steril telah meningkatkan bahaya infeksi HIV dan hepatitis. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Rakhine Jarah Properti Muslim Rohingya di Tiga Desa Maungdaw