Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Presiden Republik Indonesia keenam, Soesilo Bambang Yoedhoyono (SBY), tiba-tiba menghebohkan Bandara Soekarno Hatta dengan kedatangannya bersama istri, Ani Yudhoyono. Masyarakat yang ingin menggunakan jasa penerbangan mendekatinya dan antri untuk foto bersama.
Dengan santainya, SBY dan istri, melayani. SBY tampak santai mengenakan kemeja dibalut jas. Sedangkan Ani mengenakan pakaian berwarna biru tua dengan kerah hitam.
Mantan Menteri Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, dan mantan Mensesneg, Sudi Silalahi, tampak mendampingi SBY dan istri.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Malam ini mengantar Chairman dari Global Green Growth Institute (GGGI), SBY, untuk mulai memimpin lembaga itu di Seoul, Korsel. Selamat,” cuit Dipo Alam, dalam akun twitternya, Jumat (14/11).
Selama sepuluh tahun SBY selalu dikawal ketat. Bepergian dengan pesawat terbang Biasanya menggunakan peusawat charteran, pesawat TNI-AU atau pesawat kepresidenan. Kini menggunakan pesawat komersil biasa. SBY sama sekali tidak terlihat risih. Dia berbaur dengan penumpang lainnya.
Bahkan SBY yang dulu tasnya selalu dibawakan pengawal, kini membawa sendiri tasnya. Terlihat dalam foto yang diunggah Dipo Alam dalam akun twitternya, menampakkan SBY membawa tas sendiri sambil memegang tangan istrinya.
SBY terima tawaran Presiden GGGI
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Usai masa tugas memimpin Republik Indonesia sebagai presiden dalam dua masa jabatan, SBY ternyata akan kembali menjabat sebagai presiden baru di luar negeri.
Adalah organisasi non-pemerintahan internasional Global Green Growth Institute (GGGI) yang berpusat di Seoul, Korea Selatan, memintanya menjadi presiden organisasi itu untuk periode 2014 – 2016.
SBY diminta menggantikan posisi mantan Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen yang akan segera mengakhiri masa jabatan Ketua Dewan GGGI.
Selasa, 9 September lalu, SBY menerima kunjungan Direktur Jenderal GGGI Yvo de Boer dan delegasi di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, saat masih menjabat.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Dalam pertemuan tersebut, SBY menyatakan kesanggupannya untuk menjadi Ketua Dewan organisasi internasional tersebut.
Saat itu, SBY masih menjadi nominasi.
SBY terpilih jadi Presiden dan Ketua Dewan GGGI
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Rabu 23 September 2014, pada acara Resepsi Pemimpin GGGI, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, SBY resmi menerima mandat menjadi Presiden sekaligus Ketua Dewan GGGI.
Posisi ini akan mulai diemban SBY seusai Rasmussen sebagai Ketua Dewan, dan Bharrat Jagdeo sebagai Presiden GGGI berakhir masa jabatannya pada 18 November.
Organisasi Internasional ini berdiri pada tahun 2010, yang dibentuk pertama kali oleh mantan Presiden Korsel, Lee Myung-bak, yang memiliki misi untuk menjadi jembatan antara negara berkembang dan maju untuk menciptakan kesempatan pembangunan ekonomi dan lingkungan yang berkesinambungan.
Kemudian Organisasi GGGI berdiri sebagai badan resmi Internasional pada 2012, yang ber-Presidenkan Rasmussen, dimana periode kepemimpinan di organisasi ini akan berubah setiap dua tahun sekali.
Tak lepas dari sukses Indonesia
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
SBY sendiri mengaku, menerima tawaran ini sebagai pengakuan atas pencapaian Indonesia dalam mengutamakan ekonomi berwawasan lingkungan.
“Saya menganggapnya juga sebagai pengakuan atas pencapaian Indonesia dalam mengarusutamakan ekonomi berwawasan lingkungan (green economy),” kata Presiden SBY dalam sambutan penerimaannya di New York.
SBY sendiri merasa bangga atas kehormatan dan kepercayaan untuk memimpin GGGI.
“Konservasi lingkungan telah menjadi gairah saya pribadi. Pada saat yang sama hal itu juga menjadi masalah penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia pada umumnya,” kata Presiden SBY.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Meski sebagai Presiden dan Ketua Dewan GGGI, SBY tidak diwajibkan berkantor di Seoul, namun demikian, sebagai salah satu pimpinan tertinggi, ia diharapkan memimpin sidang yang akan digelar beberapa kali dalam setahun, sekaligus memperkenalkan misi dan mencari dukungan internasional.
Direktur Jenderal GGGI Yvo de Boer mengatakan saat menemui SBY di Jakarta, SBY tidak perlu tinggal di Seoul dan bebas memilih untuk tinggal di tempat mana pun.
“Namun selama beberapa pekan setiap tahun ia harus memimpin organisasi ini untuk berhubungan dengan pemimpin-pemimpin lainnya,” kata De Boer.
Menurut dia, alasan pemilihan SBY sebagai pemimpin tertinggi GGGI tidak terlepas dari pengalaman Presiden ke-6 RI tersebut terkait perkembangan perekonomian dan persoalan lingkungan.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
“Saya tidak bisa membayangkan pemimpin lain yang bisa memimpin sebaik SBY. Saya senang Presiden menerima nominasi ini,” ujar De Boer. (T/P001/P2)
Disari dari beberapa sumber.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara