Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azzam Izzulhaq Kunjungi Muslim Xinjiang

taufiq - Ahad, 9 Februari 2020 - 16:53 WIB

Ahad, 9 Februari 2020 - 16:53 WIB

31 Views ㅤ

CEO & Founder AMI Foundation Azzam Mujahid Izzulhaq - minanews.net -

Bekasi, MINA – Ustadz Azzam Mujahid Izzulhaq mengungkap sejumlah kejanggalan yang terjadi di Provinsi Xinjiang usai perjalanan 30 hari di wilayah padat muslim tersebut.

“Sejumlah fakta di lapangan memperlihatkan upaya Rezim China melemahkan Islam di Xinjiang dan provinsi lainnya,” katanya saat mengisi acara Kajian Dunia Islam “Kisah Perjalanan 30 Hari di Xinjiang Tiongkok” di Masjid Silaturahim, Bekasi, Ahad (9/2)

Diskriminasi yang dilakukan Pemerintah China, jelasnya, tidak hanya dialami etnis muslim Uyghur tetapi juga etnis lain yang beragama Islam. Meski tidak sekeras yang dialami muslim Uyghur, etnis muslim lainnya juga mulai merasakan tekanan.

“Hal itu menunjukan ada upaya pelemahan Islam secara terstruktur,” tegasnya .

Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan

Sejumlah masjid yang ia datangi di Xinjiang tidak seramai dulu saat pertama ia kunjungi di tahun 2018. Bahkan dari 200.000 masjid di Xinjiang kini hanya tersisa puluhan. Sisanya banyak yang beralih fungsi menjadi bangunan lain.

Masjid yang tersisa juga harus dirubah arsitekturnya dari khas arab berkubah menjadi khas budaya China. Masjid-masjid itu juga tidak boleh bertuliskan arab.

“Sekolah anak-anak Yaxing di Gansu yang dulu memasukan hafalan Al Qur’an dalam kurikulumnya, kini sudah tidak terdapat lagi,” ungkapnya yang sempat mengunjungi pesantren tersebut.

Penjaga sekolah Yaxing secara diam-diam sempat mengungkapkan kepadanya alasan dihilangkannya sejumlah syiar keIslaman di sekolah milik etnis Hui tersebut.

Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina

“Menghafal al Quran adalah sebuah problem di sekolah ini. Apa yang bisa kita lakukan? Karena kalau kami protes, kami takut di’uyghur’kan,” ujarnya mengutip pernyataan penjaga sekolah tersebut.

Azzam menambahkan musholla di Yaxing beralih fungsi menjadi ruang dansa dan terdapat piano di dalamnya. Saat tiba waktu shalat tidak boleh ada kegiatan shalat berjama’ah.

Menurutnya perubahan sikap rezim China menjadi sangat represif terhadap umat Islam terutama etnis Uyhghur mulai terjadi di tahun 2016. Hal ini disebabkan, tambahnya, karena kekhawatiran China akan menguatnya Islam di China.

“China tidak ingin mengalami situasi yang kini terjadi di Inggris yang mulai banyak memberikan kesempatan bagi muslim menduduki sejumlah jabatan di pemerintahan,” jelasnya.

Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai

China hendak memaksakan ideologi komunis kepada seluruh warganya. Diskriminasi yang dialami umat Islam juga dialami oleh umat beragama lainya seperti Kristen dan Budha.

“Orang Kristen tidak lagi bebas memasang pohon natal di rumahnya,” jelasnya.

Di akhir kajian, Azzam mengajak jama’ah Masjid Silaturahim untuk terus memberikan dukungan kepada muslim di China dengan cara membantu menyebarkan fakta-fakta penindasan yang dialami mereka dan dengan saling menguatkan ukhuwah serta terus berdoa. (L/RA02/RS3)

Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Breaking News
Kolom