Bandar Lampung, 10 Jumadil Akhir 1436/30 Maret 2015 (MINA) – “Perbaikan Umat Islam tidak akan bisa dilakukan kecuali dengan mencontoh apa yang pernah dilakukan Rasul dan para sahabat.” Demikian disampaikan Da’i asal Bogor, Abu Wihdan, pada Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung, di Kompleks Ma’had Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Ahad (29/3).
“Tidak bisa kita mencontoh barat atau timur. Kalau ingin memperbaiki umat kita harus mencontoh apa yang telah dilakukan Rasul dan sahabat (Khilafah A’al Minhajin Nubuwwah-red), “ ujarnya.
Menurutnya, umat Islam bisa belajar dari dari sejarah di mana terjadi bergesernya pola kepemimpinan Khilafah menjadi pola kerajaan saat itu.
“Pada zaman Ali Bin Abi Thalib ke Muawiyyah Bin Abi Sufyan mulai ada pergeseran bahkan Muawiyyah sendiri mengakui jika dia seorang raja bukan seorang khilafah, “ ujarnya.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Namun pada tahun 99-101 Hijriyah, Khalifah Umar Bin Abdul Aziz berusaha memperbaiki kondisi umat dan hanya dalam waktu dua tahun lebih Beliau berhasil.
“Masa Umar Bin Abdul Aziz inilah Islam bisa berkembang sampai ke Indonesia, namun tidak bertahan lama karena Bani Umayyah tidak suka karena Umar ingin kembali mengembalikan sistem khilafah, beliau wafat terbunuh, “ papar Ustadz yang juga Amir Majelis Taklim Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) ini.
Dia juga berpesan agar umat Islam menanamkan Islam di setiap diri demi penegakkan Islam di seluruh dunia.
“Tanamkan Islam pada setiap diri kita, maka Islam akan tegak di muka bumi tanpa paksaan, “ tegasnya.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Lebih lanjut dia berharap agar umat Islam tidak menganggap remeh semua amalan yang pada masa Rasul justru dinilai oleh para sahabat berbahaya.
“Jangan menganggap semua amalan lebih ringan dari sehelai rambut, padahal para sahabat menilainya di zaman Rasul itu berbahaya, di antaranya syirik, tasyabbuh, riba, tabdzir, dan lain-lain, “ katanya.
Salah satu contohnya riba, tegasnya. “Dosa paling ringan riba itu seperti menzinai ibunya sendiri. Faktanya zaman sekarang ini banyak sekali yang menzinai ibunya sendiri, dalam artian menganggap ringan masalah riba ini, ‘’ tegasnya.
Dia menutup tausiyahnya dengan harapan agar umat Islam dapat bersatu dalam satu kesatuan.
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak
“Umat hendaknya bersatu dalam kesatuan jama’ah, Khilafah A’la Minhajin Nubuwwah hanya mengharap ridha Allah, dan optimis dengan akidah dan kesabaran, sebab sudah banyak terbukti yang sedikit mengalahkan yang banyak, “ tutupnya.(L/K08/P2)