Lampung Selatan, MINA – “Kekuasaan bukanlah target dalam berdakwah,” demikian Pimpinan Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia, Abul Hidayat Saerodjie, saat memberikan tausiyah di Masjid At-Taqwa Pondok Pesantren Al-Fatah, Muhajirun Lampung Selatan, Senin (2/4).
Karena menurutnya, dalam berdakwah yang akan dinilai oleh Allah adalah caranya, bukan seberapa luasnya berdakwah.
Bukan kekuasaan yang jadi target perjuangan. Bukan kursi. Tapi menyampaikan dari hati ke hati. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika kaum kafir Quraisy menawarkan jabatan raja dengan syarat berhenti berdakwah, namun Rasul menolak.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Padahal menurut AHI, jika Rasul menjadi seorang raja, akan sangat mudah untuk menjadikan masyarakat Quraisy beragama Islam.
“Tinggal sebar bawahan ke berbagai daerah yang ditargetkan, suruh rakyatnya masuk Islam semua. Selesai, namun Rasulullah bersikukuh untuk tetap mendakwahkan Islam dengan cara yang dibimbing langsung oleh Allah.”
“Rasul lebih memilih menyampaikan Islam rahmatan lil ‘alamin secara universal. Bukan hanya sebatas teritorial di bawah kekuasaan seorang raja, tapi agar agama Islam dapat diterima dengan baik di hati manusia tanpa ada unsur paksaan. Kemudian bertambah perasaan cinta terhadap keimanannya,” demikian ustadz AHI. (L/cha/ayu/ism/B01-P1).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat