Oleh: Rendy Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Banyak ayat maupun hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa bersedekah untuk da’wah adalah amal yang mulia dalam Islam, tingginya kedudukan orang yang bersedekah tidak hanya di akhirat semata, melainkan juga berlaku di dunia. Maka barangsiapa yang dermawan, akan terangkat derajatnya, dan siapa saja yang bakhil, sesungguhnya Allah akan menghinakannya.
Allah Ta’ala juga menjelaskan dalam firman-Nya yang mulia, bersedekah dapat menjadikan pelakunya memiliki harta yang berlimpah, perhatikan ayat di bawah ini;
قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُ ۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَىۡءٍ۬ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۖ ۥ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٲزِقِينَ (٣٩)
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Artinya: “Katakanlah, ’Sesungguhnya Rabbku melapangkan rizqi bagi siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan apa saja yang kalian infaqkan, maka Alloh akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya’.” (Q.S. Saba’: 39)
Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, shahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu adalah termasuk salah seorang yang menerima Islam di awal perjalanan dakwah Islam. Utsman juga mendapat julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Salah satu sifat beliau yang paling masyhur di dalam kitab-kitab sejarah maupun hadits adalah sifat dermawan. Beliau senantiasa mendorong keluarga dan familinya agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang fana dan tidak mempersulit dalam segala urusan mereka. Di antara kedermawanannya adalah beliau mempersiapkan persediaan perang bagi tentara yang berada dalam kesulitan (yakni Perang Tabuk).
Subhanallah, sedikit sekali seorang yang memiliki jiwa besar seperti beliau Radhiyallahu ‘Anhu, semoga Allah meridhoi segala usaha yang beliau lakukan.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Biografi
Utsman adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 hingga 656 M (23 hingga 35 H). Selain itu, shahabat Rasulullah yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah shahabat Rasulullah dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam.
Usman bin Affan lahir pada 574 M dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa bin Khuriz bin Rabi’ah, ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu dan termasuk golongan As-Sabiqun Al-Awwalun (Golongan yang pertama masuk Islam). Rasulullah sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?”
Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ke Habasyah karena meningkatnya tekanan Kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari Kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk hijrah ke Madinah.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menemui Abu Sufyan (sebelum masuk Islam) di Mekkah. Utsman diperintahkan Rasulullah untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Rekening Peninggalan Utsman
Imam At-Tirmidzi Rahimahullah meriwayatkan dari Abdurrahman bin Khabbab, dia berkata: “Saya menyaksikan Rasulullah memerintahkan pasukan Islam yang berada dalam keadaan sulit. Saat itu Utsman berkata, ”Wahai Rasulullah, saya akan menanggung seratus ekor unta lengkap dengan alas pelana dan pelananya untuk berjuang di jalan Allah.”
Kemudian Rasulullah menyeru kaum muslimin untuk berangkat dan berperang. Utsman kembali berkata, “Saya tanggung dua ratus unta lengkap dengan pelananya untuk berjuang di jalan Allah.”
Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah juga menyerukan kaum muslimin untuk berangkat ihad di jalan Alloh. Kembali Utsman berkata, “Saya tanggung tiga ratus unta dengan sarananya yang lengkap untuk jihad di jalan Allah ini.”
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Karena kedermawanannya, Utsman pun datang menjumpai Rasulullah dengan membawa seribu dinar tatkala Rasulullah sedang mempersiapkan pasukannya, sehingga Rasulullah menyampaikan berita gembira kepada Utsman, beliau adalah penduduk surga, sebagaimana sabda Rasulullah: “Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah, maka untuknya surga.” Maka Utsman mendanai pasukan tersebut. (H.R. Bukhari)
Lebih menakjubkan lagi, apakah anda tahu kalau shahabat Rasulullah yang satu ini, Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, hingga saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.
Diriwayatkan di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Kota Madinah pernah mengalami paceklik hingga kesulitan air bersih, karena Kaum Muhajirin sudah terbiasa minum Air Zam-zam di Mekkah. Satu-satunya sumber air yang tersisa di Madinah adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, Sumur Raumah namanya. Rasa airnya pun mirip dengan Air Zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari orang Yahudi tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian bersabda: “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala” (H.R. Muslim)
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu yang kemudian segera membeli sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.
“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, memulai negosiasinya.
“Maksudmu?” tanya orang Yahudi itu keheranan.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu, kemudian lusa menjadi milikku lagi, demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.
Yahudi itupun berfikir cepat, “Saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi itu setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu.
Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka. GRATIS. Karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan supaya penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk dua hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Orang Yahudi itupun mendatangi Utsman. Ia menyerah dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Setelah sumur itu diwakafkan untuk Kaum Muslimin, dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Arab Saudi, hingga berjumlah 1.550 pohon.
Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama ‘Utsman bin Affan’ Radhiyallahu ‘Anhu, di bawah pengawasan Departemen Pertanian.
Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu lokasi yang strategis dekat Masjid Nabawi.
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Kini bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan omsetnya mencapai RS 50 juta per tahun. Setengah dari hasilnya untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu.
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Utsman bin Affan dan menempatkannya pada tempat yang sebaik-baiknya tempat. Inilah keajaiban sedekah Utsman bin Affan dan jasa yang telah diberikan kepada Islam dan umat Islam.
Kita pun memohon kepada-Nya semoga membimbing hati para hartawan untuk bergerak mendermakan hartanya di jalan Allah ‘Dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah’ sebelum kematian menjemput, karena kita sadar bahwa kematian akan lebih cepat menjemput kita semua, dan pasti datang tiada yang sanggup menolaknya.
Maka renungkanlah sabda Rasulullah dari Asma binti Abu Bakar:“Infaqkanlah hartamu dan jangan kamu perhitungkan, karena Allah akan perhitungan denganmu. Dan jangan menunda-nunda karena Allah akan mnunda-nunda pula atasmu.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi
Inilah salah satu bentuk keutamaan orang yang bersedekah di jalan Allah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal.
Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. (H.R. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Artinya: “Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”. (P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)