London, MINA – Walikota London Sadiq Khan mendesak Perdana Menteri Theresa May untuk mengadopsi definisi baru tentang Islamofobia.
Ia juga menyerukan untuk memerintahkan Partai Konservatifnya menangani masalah ini, menurut laporan oleh media lokal pada hari Ahad (25/3).
Dalam suratnya kepada May, Khan mengatakan bahwa ia telah berulang kali menjadi sasaran pelecehan anti-Muslim dari anggota dan pendukung Tory.
“Saya sendiri telah berulang kali menjadi sasaran pelecehan Islamophobia dari anggota dan pendukung Konservatif,” tulis Khan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Tapi ini bukan hanya tentang saya,” ungkapnya.
Dilansir dari Anadolu Agency, definisi baru sudah diadopsi oleh Partai Buruh oposisi dan Demokrat Liberal, “Islamofobia berakar pada rasisme dan merupakan jenis rasisme yang menargetkan ekspresi Muslim atau Muslim yang dipersepsikan”.
Khan juga menulis, meyakinkan Muslim tentang keselamatan mereka setelah serangan (Christchurch), bukan hanya tentang kepolisian dan keamanan.
“Ini juga mengharuskan kita untuk secara terus-menerus membasmi Islamofobia dan pelecehan anti-Muslim yang telah masuk ke arus utama masyarakat kita dan debat politik,” ujarnya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Dia menambahkan, Partai Konservatif pada khususnya perlu berbuat lebih banyak untuk mengirim pesan yang jelas bahwa Islamofobia benar-benar tidak dapat diterima, dan sayangnya itu tidak selalu menjadi kasus selama beberapa tahun terakhir.
Surat Khan datang setelah pelanggaran Islamofobia naik hampir enam kali lipat di AS setelah serangan teror awal bulan ini di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 50 Muslim dan menyebabkan banyak yang terluka dan beberapa kritis.
“Mengadopsi definisi semua kelompok parlemen tentang Islamofobia akan mengirimkan sinyal sekuat mungkin bahwa tidak ada tempat untuk Islamofobia atau sentimen anti-Muslim di partai Konservatif atau di mana pun dalam politik kita atau masyarakat luas,” tegasnya. (T/Ast/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas