Jakarta, 9 Ramadhan 1437/14 Juni 2016 (MINA) – Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung rencana pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Mrauk-U, Negara Bagian Rakhine, Myanmar, yang salah satunya bertujuan untuk mempromosikan kerukunan dan perdamaian antarumat beragama.
“Beliau (Wapres) mendukung dan akan membantu. Tadi disampaiakn akan membantu alat kesehatan juga, PMI juga akan bantu,” kata Presidium Lembaga Kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dr Sarbini Abdul Murab seusai melakukan pertemuan dengan JK di Kantor Wapres, Jakarta, Senin, demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islmaic News Agency (MINA).
MER-C berencana menggandeng Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dalam pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine untuk memberikan contoh bahwa di Indonesia umat Muslim dan Buddha serta agama-agama lainnya dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
“Kita ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat Myanmar, bahwa salah satu cara mendamaikan adalah dengan memberi contoh bahwa Indonesia besar dan semua agama bisa hidup dengan rukun, bahwa masalah agama, demokrasi, adalah masalah individu yang menjadi hak setiap orang,” kata Sarbini.
Dukungan Wapres juga tampak dengan menghubungi tokoh Walubi Hartati Murdaya untuk memfasilitasi pertemuan dengan Walubi dalam satu-dua hari ke depan.
Untuk persiapan pembangunan rumah sakit tersebut, MER-C telah membeli sebidang tanah di Mrauk-U dan mengantongi dukungan pemerintah Rakhine, sementara itu dana konstruksi yang dibutuhkan sekitar Rp20 miliar hingga Rp30 miliar.
Rumah sakit di Myanmar akan menjadi pembangunan fasilitas kesehatan kedua oleh MER-C yang sebelumnya telah berhasil mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, dan diresmikan oleh pemerintah Indonesia pada awal 2016.
Negara Bagian Rakhine terletak di sebelah barat Ibu Kota Myanmar Nay Pyi Daw, di mana Muslim Rohingya menjadi penduduk minoritas di tengah-tengah umat Buddha yang merupakan mayoritas di wilayah itu.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Konflik yang dipicu sentimen keagamaan masih sering terjadi, dan puncaknya pada Mei 2015, negara-negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand kebanjiran ribuan pengungsi yang datang melalui Laut Bengal.
Sebagian besar dari pengungsi itu adalah etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar untuk menghindari konflik yang berkecamuk, sementara sisanya adalah migran dengan motif ekonomi dari Bangladesh. (T/R05/P02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah