Washigton, 17 Jumadil Akhir 1438/16 Maret 2017 (MINA) – Baru-baru ini perusahaan pakaian olahraga terkenal Nike mengeluarkan produk terbaru mereka hijab untuk para atlet muslimah yang mereka Pro Hijab. Sebagian warga yang tidak suka melihat ini membuat tagar bersama #boycottnike di jejaring Twitter.
Mereka berdalih keputusan Nike tersebut hanya merupakan bukti dukungan perusahaan itu untuk menindas wanita.
Salah satunya seperti disampaikan akun @realkenney yang mengatakan, “selamat @Nike karena telah membenarkan penindasan wanita melalui pro hijab. menjijikan. #boycottnike.
Akun lainnya @Nix_km menyebutkan, “Saya menolak mendukung @Nike karena mempromosikan penindasan terhadap wanita. #boycottnike.”
Baca Juga: Muslimah di Era Global: Menjaga Identitas Islam
Tapi banyak wanita Muslim, termasuk atlet angkat berat Amna Al Haddad, menyambut dengan gembira keputusan perusahaan tersebut.
“Di masa lalu, perusaan ini tidak melihat kebutuhan atau pasar untuk karena tidak ‘populer’,” tulis Haddad dalam akun Instagramnya.
Seminggu setelah Nike mengeluarkan produk Hijab atlet di akun Youtube resmi milik mereka, Uni Eropa mengeluarkan peraturan mempebrolehkan perusahaan melarang pemakaian hijab di tempat kerja.
Membalas kicauan boikot di Twitter, banyak muslimah yang kemudian menjawab bahwa hijab bukanlah sebuah penindasan terhadap wanita. Salah satunya seperti postingan @randommuslimmah yang mengatakan, “Memakai hijab bukanlah penindasan. Mengambil paksa hak untuk memilih adalah penindasan yang sebenarnya. Hijabku adalah identitas yang saya pilih. #hijabban,” katanya merujuk kepada larangan hijab baru-baru ini.(T/RE1/RS3)
Baca Juga: Muslimah Produktif: Rahasia Mengelola Waktu di Era Digital
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)