Warga Suriah di Kamp-kamp Idlib Bertahan Hidup di Tengah Suhu Panas

, MINA – Warga sipil yang dipindahkan secara paksa di provinsi Idlib barat laut Suriah, berjuang untuk bertahan hidup di tenda-tenda darurat karena mereka juga menghadapi suhu yang sangat panas.

Gelombang panas terik, yang berubah menjadi fenomena global di seluruh dunia dalam beberapa hari terakhir, berdampak buruk pada kehidupan jutaan warga sipil yang berlindung di Idlib setelah melarikan diri dari perang, Anadolu melaporkan, Senin (25/7).

Di Idlib, di mana mayoritas warga sipil tinggal di tenda-tenda darurat, suhu naik hingga 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit) pada siang hari, membuat kondisi kehidupan tak tertahankan bagi sekitar 4 juta warga sipil Suriah di wilayah tersebut.

Berjuang dengan suhu ekstrem, keluarga juga tidak dapat mengakses listrik di wilayah tersebut, yang juga menghadapi kekurangan air.

“Tidak ada listrik, jadi kipas pendingin juga tidak bekerja. Kami kelelahan karena panas dan mengalami masa-masa sulit,” Abdurrahman Raad, yang mengungsi di kamp pengungsi Azraq dekat perbatasan Turki, mengatakan kepada Anadolu Agency.

Dia mengatakan, warga sipil di Idlib mengharapkan bantuan dari organisasi non-pemerintah dan dermawan.

“Di tenda-tenda yang dilapisi plastik, kami tidak bisa melindungi diri dari panas di musim panas atau dingin di musim dingin,” katanya.

Mariam Sattouf, yang melarikan diri dari pedesaan tenggara Idlib tiga tahun lalu karena serangan intens pasukan rezim Suriah dan Rusia, mengatakan bahwa tenda yang mereka tinggali tidak cocok untuk kondisi cuaca di musim apa pun.

“Kami harus membuat anak-anak kami mandi untuk mendinginkan mereka. Suhunya jauh di atas 40 C. Bayangkan hidup di tenda nilon,” tambahnya.

Perang saudara Suriah dimulai pada 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi. Menurut perkiraan PBB, ratusan ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya mengungsi. (T/R7/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)