Yahya Al-Sinwar terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas (Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah atau Gerakan Perlawanan Islam) menggantikan Ismail Haniyeh, Selasa malam, 6 Agustus 2024.
Bukan rahasia lagi bahwa pendudukan Zionis Israel menganggap Yahya Al-Sinwar sebagai musuh paling berbahaya dan ditakuti. Otoritas Israel menggambarkan Al-Sinwar sebagai orang yang keras kepala dan tidak bisa ditundukkan dengan negosiasi.
Pemerintah Israel bahkan melihatnya sebagai versi “paling ekstremis” dibandingkan dengan para pemimpin Hamas lainnya. Karena itu, Al-Sinwar menjadi target nomor satu oleh Zionis Israel.
Yahya Al-Sinwar, diancam seperti apapun untuk dibunuh, ia malah menjawab, “Saya sampaikan, bahwa hadiah terbesar yang mungkin diberikan oleh musuh kepada saya adalah dengan pembunuhan saya.”
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Sangat bisa dan boleh saja militer atau intelejen Zionis Israel membunuhnya dengan segala cara, tapi ia justru mengatakan,”Saya bisa bertemu dengan Allah sebagai syahid di tangan mereka. Saat ini umur saya 59 tahun. Saya benar-benar sangat mendambakan terbunuh dengan F16 atau dengan misil dibanding mati karena Corona, mati karena stroke, serangan jantung atau kecelakaan, atau mati sebagaimana orang mati seperti biasa.”
Seolah dia sudah merasakan firasat kematiannya, dengan perkataannya beberapa hari lalu, “Kalian semua tahu, saat berumur 60 tahun maka kita sudah dekat dengan kematian dengan sebab-sebab yang biasa sekalipun. Dan saya sangat mendambakan mati sebagai syahid daripada mati sia-sia tanpa makna.”
Al-Sinwar pun menambahkan, dengan kalimat pasti, “Berjuang mati, tidak berjuang pun mati. Maka persiapkanlah matimu dalam keadaan berjuang.”
Kata-kata penuh semangat juangnya otomatis berhenti, ketika Kamis, 17 Oktober 2024, ia gugur, syahid, dan menemui Tuhannya, Allah Robbul ‘Aalamiin.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Para petinggi Zionis paling awal paling antusias mengumumkan kematian Yahya Al-Sinwar. Termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menggambarkan terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar dalam serangan Israel sebagai ‘hari baik’ bagi dunia.
Biden juga mengatakan kematian Al-Sinwar akan menyingkirkan hambatan utama bagi gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Gaza.
Mereka menganggap Yahya Al-Sinwar sudah mati begitu saja. Padahal hakikatnya, dia, juga para pejuang lainnya yang gugur sebagai syuhada, justru hidup di sisi Allah.
Seperti Allah nyatakan di dalam firman-Nya, yang artinya, “Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (QS Al-Baqarah [2]: 154).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Syaikh Ahmad bin Muhammad As-Shawi menjelaskan bahwa maksud mereka yang meninggal syahid berjuang di jalan Allah telah mati ialah karena mereka sebenarnya tidak mati secara hakiki. Mereka hanyalah pindah dari dunia yang merupakan negeri yang dipenuhi kotoran dosa (darul kadar) menuju negeri yang bersih (darul shafa). Dari negeri yang dipenuhi kesusahan (darul huzn) menuju negeri yang dipenuhi kebahagiaan (darus surur). []
Karena itu, Yahya Al-Sinwar juga Ismail Haniyeh, Al-Rantisi, Ahmad Yasin, dan puluhan ribu warga Palestina yang gugur sebagai syuhada dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajahan Zionis dan dalam menjaga Masjidil Aqsa dari yahudisasi, sesunguhnya mereka tetap hidup di sisi Allah. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam