Oleh Imtenan Ibrahim, Mahasiswa jur. KPI STAI Al-Fatah Bogor
Dalam kehidupan ini terkadang kita merasakan rasa jenuh, kecewa, sedih, rasa sakit hati, ketidakpuasan akan sesuatu dan apalagi jika sudah merasakan rasa putus asa dalam menggapai sesuatu yang kita inginkan. Tidak sedikit orang yang merasakan hal-hal seperti itu. dikarenakan kurangnya pengalaman, kurang ilmu dan kurangnya iman dalam hati.
Namun, ingatlah apapun masalah kita harus belajar untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan dunia. Karena kesulitan itu salah satu proses hidup untuk menuju sukses insya Allah, dan dunia ini tidak ada yang instan untuk menuju sukses. pasti ada istilah input-proses- dan output.
Intinya teruslah belajar dan belajar untuk menata hidup yang lebih baik. Sebaliknya jika kita tidak mau belajar hal-hal itu pasti kita akan merasakan yang namanya mengeluh atau keluh kesah dan itu mengakibatkan hidup kita tidak tenang dan tentram.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sekarang jangan banyak pikiran yang tidak bisa membangun diri kita. berpikirlah yang lebih bermanfaat bagi sesama, keluarga dan diri sendiri. Berpikirlah untuk lebih bijak dalam menjalankan hidup ini dan agar tidak sering mengeluh.
Karena Allah pasti akan menolong kepada hambanya yang merasa kesulitan. Ketika kita berada dalam kesusahan, kebanyakan manusia hanya bisa mengeluh, frustasi, dan tidak sedikit yang menyerah dengan mengakhiri hidupnya. Perbuatan seperti ini sangatlah tidak disukai oleh Allah.
Karena apa? Allah sudah menjanjikan atas kamu bahwa Allah akan menolong hambanya yang berada dalam kesusahan. Apa kamu tidak menyadari hal itu? Ataukah tidak mengetahuinya? Manusia memang diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, tapi itu bagi mereka yang tak mau berfikir.
Bahwa jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sebenarnya dia sedang diberikan kesempatan untuk bisa ditempatkan-Nya pada posisi yang lebih baik dari sebelumnya. menjadi fenomena di negeri mayoritas Muslim ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah
Ironisnya mengeluh itu menimpa hampir semua tingkatan usia, mulai remaja sampai dewasa juga pria dan wanita. Akibatnya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh mereka yang suka mengeluh, kecuali hal-hal yang akan semakin membuat jiwa dan akalnya terus melemah.
Sehari-hari waktu yang dilaluihanya diisi curhat dari satu orang ke orang lain dengan memaparkan beragam masalah yang sedang ia alami sampai saat ini. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’arij ayat 19-21 Allah Subhana Wata’ala berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (Qs. Al-Ma’arij: 19).
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.” (Qs. Al-Ma’arij: 20).
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (Qs. Al-Ma’arij: 20).
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Dalam tiga ayat pendek di atas, sungguh seakan-akan setiap kalimatnya merupakan sebuah sentuhan dari goresan indah yang dibuat untuk melukiskan sifat-sifat manusia, dengan kalimat-kalimat singkat membicarakan gambaran kehidupan.
Dari celah-celahnya digambarkanlah manusia dengan sifat-sifat aslinya, yaitu “keluh kesah” ketika ditimpa kesusahan dan “kikir” ketika mendapat kesenangan. Selain itu sifat aslinya yang lain adalah “sangat kikir” terhadap kelapangan saat ia mendapatkannya. Ia mengira bahwa keberhasilan itu karena upaya dan jerih payahnya sendiri. Karena itu ia lantas bersikap kikir kepada orang lain, dan memonopoli kekayaan untuk pribadinya sendiri.
Sehingga, jadilah ia sebagai tawanan bagi kekayaannya, dan menjadi budak bagi kerakusannya. Hal ini disebabkan karena ia tidak mengetahui hakikat rezeki dan peranannya. Ia tidak melihat kebaikan Allah kepadanya karena sudah terputus hubungannya, dan hatinya sudah kosong dari merasakan keberadaan dan campur tangan-Nya.
Karena itu, ia selalu berkeluh kesah dalam kedua kondisinya. Yaitu, berkeluh kesah di saat susah dan berkeluh kesah ketika mendapat kesenangan, inilah gambaran buruk manusia ketika hatinya kosong dari iman. Jadi mari kita kembali kepada Allah dengan sungguh-sungguh memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Sungguh Allah menjawab setiap masalah kita. Ketika kita mengeluh, maka akan selalu ada jawaban dari Allah SWT untuk kita. Misalnya, “Rasanya aku tidak mampu menghadapi masalah seperti ini, berat terasa olehku. Sungguh aku tak sanggup lagi.”
Sungguh Allah menjawab,
اِنَّمَاۤ اَمۡرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْـًٔـا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ
“Jika Allah menghendaki sesuatu, Allah cukup berkata jadi maka jadilah.” (Qs.Yasin : 82).
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Ketika kita mengeluh, “Aku terlalu lelah.”
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
Allah menjawab, “Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu.” (Qs. An-Nabah:9)
Ketika kita mengeluh, “Aku tak sanggup lagi, aku tak mampu lagi, semua sudah tidak mungkin kuhadapi.”
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah menjawab, “Allah tidak membebankan sesuatu kepada hamba-Nya, melainkan sesuai kemampuannya.” (Qs. Al Baqarah: 286).
Ketika kita mengeluh, “Berbagai upaya sudah aku lakukan tapi hasilnya nihil. Saya benar-benar stress dibuatnya.”
Allah menjawab,
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Hanya dengan mengingat Aku maka hati menjadi tenang.” (Qs. Ar-Rad : 28).
Jika demikian untuk apa kita mengeluh, bukankah Allah telah menjawab semua bakal keluhan umat manusia. Maka dari itu biasakanlah diri untuk benar-benar mempelajari Al-Qur’an dengan baik. Sungguh Al-Qur’an itu menjawab setiap masalah. Sebenarnya mengeluh atau tidak itu adalah pilihan hati. Hati yang senantiasa dihiasi dengan bacaan Al-Qur’an insya Allah terhindar dari sikap lemah, letih,lalai, dan tak berdaya.
Sementara hati yang sepi dari bacaan Al-Qur’an akan sangat mudah terganggu oleh dinamika kehidupan sehingga sulit menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur. Terhadap orang yang pandai bersyukur Allah berjanji akan menambah terus-menerus kenikmatan yang diberi dan bagi yang kufur (tidak mau bersyukur) Allah sediakan siksa yang pedih.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim : 7).
Jadi selagi masih ada kesempatan mari berusaha untuk memahami ayat-ayat Allah dengan sebaik-baiknya. Sungguh apabila hati kita telah diterangi oleh Al-Qur’an akan muncul semangat, gairah, optimisme, dan keyakinan kuat bahwa Allah selalu menyertai kita dan karena itu akan muncul usaha maksimal dari dalam diri kita. Apabila itu benar-benar dapat kita raih sungguh kebahagiaan, kemenangan dan kesuksesan sejati telah berada di tangan kita.
Sebab Allah telah berjanji akan memberi jalan-jalan kepada hamba-hamba-Nya yang bermujahadah (bersungguh-sungguh tidak mengeluh) dan senantiasa berbuat kebaikan.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Ankabut : 69).
Jika sedemikian rupa Allah telah memberi jawaban atas keluhan setiap hamba-Nya, masihkah kita akan menjadi manusia kerdil? Sungguh keluhan itu adalah sesuatu yang mesti kita tanyahkan dalam akal dan jiwa kita. Allah dan Rasul-Nya hanya berpesan satu hal, berjihadlah, bersungguh-sungguhlah, kelak engkau pasti akan menang.
Oleh karena itu, saudara-saudaraku yang kini sedang mengalami kesulitan, janganlah berputus asa. Karena orang-orang yang berputus asa tidak akan bisa menyelasaikan semua masalahnya. Sebaliknya, masalah itu akan menjadi beban dalam hidupnya. Bersikap tenanglah dalam menjalani kesulitan. Karena kita harus yakin bahwa pertolongan Allah itu pasti datang.(imt/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)