Riyadh, 7 Jumadil Awwal 1437/15 Februari 2016 – Sejumlah 20 negara berkumpul di Arab Saudi bagian utara sejak Ahad (14/2) untuk mengadakan latihan militer terbesar yang pernah dipentaskan di kawasan itu, kantor berita resmi SPA memberitakannya.
Latihan yang diberi nama “Halilintar dari Utara” (Thunder of the North) melibatkan angkatan darat, udara, dan laut dengan mengirimkan pesan yang jelas bahwa Riyadh dan sekutunya bersatu dalam menghadapi semua tantangan dan melestarikan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Media Saudi mengatakan sekitar 350.000 pasukan dari negara-negara Teluk dan sejumlah negara lain akan mengambil bagian, dengan mengikusertakan 2.540 pesawat tempur, 20.000 tank dan 460 helikopter.
Dalam 18 hari dari manuver, wilayah udara di atas bagian utara Arab Saudi akan ditutup, demikian laporan Al-Arabiya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Saat ini Arab Saudi telah membentuk koalisi 35 anggota baru untuk melawan ‘terorisme’ di negara-negara Islam.
Kerajaan Saudi tidak menentukan kapan saat latihan militer akan dimulai atau berapa lama itu akan berlangsung.
Namun, lembaga tersebut menyebutnya “paling penting dan terbesar dalam sejarah di kawasan ini,” dalam hal jumlah negara yang mengambil bagian dan persenjataan yang digunakan.
Di antara negara peserta latihan gabungan adalah Arab Saudi lima mitra anggota negara Teluk GCC (Gulf Cooperation Council) yaitu: Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar dam Uni Emirat Arab (UEA), serta Chad, Mesir, Yordania, Malaysia, Maroko, Pakistan, Senegal dan Tunisia.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Sebuah sumber Saudi mengatakan bahwa anggota koalisi “anti-terorisme” baru akan berkumpul di Arab Saudi bulan depan untuk pertemuan pertama.
Riyadh telah mengatakan aliansi akan berbagi intelijen, memerangi ideologi kekerasan, dan menyebarkan pasukan jika diperlukan. (T/P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan