Juba, MINA – Sedikitnya 380.000 orang dari enam negara bagian di Sudan Selatan telah mengungsi akibat banjir bandang dan berbagai konflik antar-komunal, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA).
UNOCHA mengatakan banjir, kekerasan, kerawanan pangan, dan Covid-19 terus meningkatkan kebutuhan kemanusiaan masyarakat pada Agustus. All Africa melaporkan, Selasa (14/9).
“Banyak dari mereka yang terkena dampak dan membutuhkan bantuan kemanusiaan,” pernyataan menyebutkan.
“Kekerasan berulang di kota Tambura, Khatulistiwa Barat, membuat ribuan orang mengungsi dan berdampak pada kegiatan kemanusiaan. Lebih dari 58.000 orang dari Tambura tetap mengungsi di delapan pemukiman sejak Juni,” lanjutnya.
Baca Juga: Trinidad dan Tobago Umumkan Keadaan Darurat Pembunuhan
Laporan menambahkan, di Juba County, Central Equatoria, konflik komunitas membuat sekitar 10.000 orang mengungsi.
Konflik bersenjata antara faksi-faksi militer yang diduga sebagai lawan dari Tentara Pembebasan Rakyat Sudan-di-Oposisi di Kabupaten Manyo, Upper Nile, membuat sekitar 2.000 orang mengungsi.
Di Kabupaten Koch dari Negara Kesatuan saja, lebih dari 1.500 orang telah mengungsi dari keluarga mereka sekarang mencari perlindungan di markas besar kabupaten, menurut Komisaris Kabupaten Gordon Koang Diel.
Tahun lalu, hujan lebat dan banjir bandang membuat ribuan orang mengungsi dan menghancurkan beberapa rumah di Sudan Selatan. Daerah yang paling terkena dampak adalah di negara bagian Jonglei, Pibor, Nil Atas, Persatuan, Barat, dan Khatulistiwa Timur.
Baca Juga: Sebanyak 69 Migran Tewas Tenggelam di Lepas Pantai Maroko
Menurut Prediksi Iklim Otoritas Antar Pemerintah untuk Pembangunan (Igad), hujan lebat diperkirakan akan berlanjut di bagian utara dan tengah Sudan Selatan hingga pertengahan September. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sekjend PBB Khawatirkan Ketahanan Pangan Sudan yang Kian Buruk