AGAR UKHUWAH BERSEMI INDAH

ukhuwah indahOleh : Bahron Ansori / Redaktur MINA

Alkisah, ketika pembebasan Mekkah, Ikrimah bin Abu Jahal termasuk orang yang dihukum mati. Namun, karena sifat pemaaf Rasulullah saw, Ikrimah yang saat itu melarikan diri akhirnya diampuni oleh Rasulullah saw seraya bersabda, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian semua sebagai mukmin dan muhajir.”

Tak berapa lama, Ikrimah dan isterinya hadir di majelis Rasulullah saw. Dihadapan Nabi SAW, Ikrimah berbaiat. Lalu dia bersumpah, “Demi Allah, tidak satu dirham pun dana yang dulu kukeluarkan untuk memberantas agama Allah (Islam) di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan kutebus hartaku berlipat ganda demi agama Allah. Tak seorang mukmin yang gugur di tanganku dulu, melainkan hari ini akan ku tebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda.”

Ternyata Ikrimah menepati janjinya. Ketika terjadi perang Yarmuk (melawan tentara Romawi), Ikrimah dan dua sahabatnya (Al Haris bin Hisyam dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah) terkapar dalam keadaan kritis. Ketiganya menderita luka yang sangat parah. Karena rasa dahaga yang sangat, Ikrimah meminta minum. Ketika air telah didekatkan ke mulutnya, ia mendengar ‘Ayyasy merintih minta minum juga.

Lalu kata Ikrimah, “Berikan dulu kepada ‘Ayyasy.” Pada saat air itu didekatkan ke mulut ‘Ayyasy, dia mendengar sahabatnya, Al Harits pun meminta minum. “Berikan dulu kepadanya,” ujar ‘Ayyasy. Ketika air itu diberikan kepada Al Harits, ternyata dia telah meninggal. Lalu sahabat yang memberi air minum itu segera kembali kepada Ikrimah dan ‘Ayyasy. Tetapi keduanya pun sudah meninggal. Akhirnya ketiga sahabat itu meninggal tanpa minum air sedikit pun.

Sepenggal kisah di atas mengajarkan kepada kita tentang betapa agungnya sebuah (persaudaraan) yang dibalut keimanan. Ikatan ukhuwah yang tulus untuk lebih mengutamakan kepentingan orang lain (saudara) dan mengakhirkan kepentingan pribadi walau sangat membutuhkan. Tarikh ini merupakan perkara mulia yang hari ini sulit ditemukan.

Orang yang benar imannya, tentu lebih cinta kepada saudaranya melebihi cintanya kepada diri sendiri. Ia rela berkorban apa saja demi menolong saudaranya. Dalam kisah Ikrimah di atas, lebih baik dirinya yang merasakan dahaga asal saudaranya minum.

Nah, sekarang, di jaman yang serba konsumtif dan permisif ini, adakah ukhuwah suci yang dibangun dengan dasar keimanan itu? Kalau pun ada, mampukah kita menjaga dan mempertahankannya dari kehidupan yang semuanya serba diukur dengan materi ini?

Yang lebih penting lagi adalah adanya teladan dari para pemimpin untuk lebih mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan diri, dan keluarganya.

Pilar Kekuatan Islam

Ukhuwah Islamiyah adalah satu pilar kekuatan yang menjadi ciri khas masyarakat Islam. Dengan kekuatan ukhuwah, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas dakwah, mengangkat tinggi panji Islam, dan mengorbitkan umat Islam di pentas dunia dalam kurun waktu yang sangat singkat kurang setengah abad.

Betapa mulianya ukhuwah Islamiyah yang telah diajarkan Allah SWT bila umat Islam melakukannya, tentunya terasa lebih manis keimanan di hati dan terasa lebih indah hidup dalam naungan persaudaraan yang tulus. Inilah ukhuwah yang merupakan potensi kekuatan Islam dan umatnya, berproses mulai dari pribadi kita, keluarga, masyarakat untuk menjalin persaudaraan Islam guna mewujudkan kesejahteraan kolektif yang mengharapkan ridha Allah SWT.

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta, dimana tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon ( berbaik sangka kepada sesama ) yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan. Dan tingkat ukhuwah yang paling tinggi adalah itsar yaitu dimana seorang muslim rela mendahului kepentingan saudaranya dari kepentingan diri pribadinya sendiri. Kita meyakini bahwa perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah. Islam menjadikan persaudaraan dan iman sebagai dasar bagi aktifitas perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi.

Ukhuwah Islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan yang solid dan rasa kemenenangan dan kekuatan dalam hati nurani manusia. Banyak persaudaraan lain yang bukan karena landasan Islam persaudaraan itu sangat rapuh dan tidak kuat, hal yang sama terjadi dikalangan umat dewasa ini terjadi karena disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu hilangnya hilangnya mahabbah fillah (cinta karena Allah SWT ) dan lemahnya keimanan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs. Al-Hujrat:10).

Dalam Al-Qur’an di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

يَسْأَلُونَكَ عَنِ اْلأَنفَالِ قُلِ اْلأَنفَالُ للهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah:”Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman.” (Qs. Al-Anfal: 1).

Realisasi ukhuwah dalam kehidupan adalah munculnya rasa kepedulian sosial di tengah-tengah masyarakat yang bersumber dari keimanan dan rasa cinta yang tulus karna Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya seperti mencitai dirinya sendiri.” Hadis ini sangat populer di kalangan kaum muslimin yang memberi spirit rabbani untuk mencintai orang lain selain dirinya. Rasanya ini sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun jika iman itu benar-benar ada dan hidup dalam jiwa maka yang berat dan sulit itupun sangat mungkin terealisir.

Nilai penting yang dapat dirasakan dalm berukhuwah ini diantaranya; pertama, menguatkan persatuan umat, sehingga umat tidak gampang dipecah belah oleh kekuatan manapun. Kedua, media untuk mewujudkan kepedulin sosial. Ketiga, gelombang kekuatan untuk amar ma’ruf nahi mungkar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Keempat, pasar dan sekaligus modal untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat yang riil demi kesejahteraan sosial.

Dimensi ukhuwah tidak hanya sebatas pada sektor kepedulian sosial dalam Islam saja, namun mencakup seluruh aspek kehidupan, sosial, politik, ekonomi dan lainnya karena Islam adalah solusi dari permasalahan umat, bangsa, negra dan internasional. Inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam ayat yang artinya “Tidaklah akau utus ( Muhammad Rasulullah SAW ) melainkan untuk menebarkan kerahmatan bagi sekalian alam.” (T/R2/P04)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0