Jakarta, 19 Rabiul Awwal 1435/21 Januari 2014 (MINA) – Umat Islam sebagai umat yang besar, memiliki potensi berkembang yang luar biasa. Dengan bersungguh-sungguh melangkah, umat ini bisa mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin, bisa menghadirkan berkah bagi seluruh alam. Ke manapun seorang muslim pergi, maka dia bisa menghadirkan berkah bagi sekitarnya. Tapi tentu hal ini tidak bisa dilakukan dengan mudah, perlu prosesi yang panjang untuk mencapai hal itu.
Mengenai perkembangan umat Islam di masa datang, wartawan Mi’raj News Agency (MINA), Muhammad Abdullah Rosyid, telah melakukan wawancara eksklusif dengan seorang tokoh intelektual muda muslim Indonesia yang juga perintis gerakan Indonesia Mengajar, Anies Rasyid Baswedan, Senin (20/1). Berikut wawancaranya.
MINA: Ketika anda tergugah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, akhirnya anda mendirikan gerakan Indonesia Mengajar, mengajak alumni-alumni universitas terbaik untuk mengajar di daerah-daerah terpencil, latar belakangnya apa?
Anies Baswedan: Justru karena saya bukan berlatar belakang pendidikan, maka saya mendekati masalah pendidikan dengan pendekatan yang non-ilmu pendidikan. Dari beberapa hal, pertama pendidikan itu menjadi fokus perhatian, karena kalau kita melihat kemajuan dari bangsa-bangsa di Asia Timur yang mempesona dunia itu karena kualitas manusianya. Sementara dengan negara yang mayoritas muslim dikaruniai dengan kekayaan alam yang banyak sekali. Tapi kita lihat kekuatan ekonominya, Korea Selatan, Jepang, Singapura, mereka tidak punya minyak, tapi ekonominya sangat jauh meninggalkan negara dengan kekayaan alam yang banyak. Itu karena mereka punya kualitas manusia yang dahsyat, jadi bukan jumlah minyaknya yang membedakan. Sementara itu, kita lebih tahu jumlah ekspor minyak daripada jumlah guru. Bagaimana kita bisa maju jika yang kita pikirkan hanya alam saja, karena itu kita harus mengubah kualitas manusianya melalui kesehatan dan pendidikan. Kunci pendidikan adalah guru, sementara kualitas guru di Indonesia masih kurang dan tidak merata penempatannya. Oleh karena itu kita harus turun tangan, dengan Indonesia Mengajar kita bisa lakukan itu.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
MINA: Jadi anda optimis bahwa generasi muda ini tidak seperti yang media beritakan saat ini dengan penurunan akhlak pemuda, sebenarnya masih banyak pemuda yang masih mau turun berjuang?
Anies: Iya, kita harus bisa berpikir positif dan optimis, karena selama ini media banyak memunculkan hal-hal yang negatif. Jadi, dengan kita selalu berpikir positif, maka setidaknya kita bisa menularkan hal itu kepada orang lain untuk optimis juga.
MINA: Berbicara tentang positif dan optimis, ketika ada sekelompok orang yang mengajak persatuan Islam, kurang positif apa pak, kok masih ada yang menyerangnya dengan hal-hal negatif?
Anies: Yang namanya hasud itu bukan barang baru, kalau kita ingin tidak ada hasud, tinggalkan dunia. Selama anda masih hidup di dunia, pasti akan bertemu dengan hal itu. Kalau anda bertemu dengan hasud, jangan cengeng. Nabi saja, kurang apa kalau bicara akhlaknya? Tapi dimusuhinya tidak kira-kira, bahkan seorang miskin Yahudi yang disuapi setiap hari masih membencinya sampai Nabi meninggal dan baru tahu kalau orang yang menyuapinya setiap hari itu adalah orang yang dibencinya. Jadi jangan terlalu khawatir soal hal itu, justru itu ujian keikhlasan. Kalau dipuji tidak terbang, dicaci juga tidak tumbang. Kita ini seringkali kalau dicaci terus bilang saya ini ikhlas, kok dicaci? Jadi jangan khawatir, soal ikhlas itu urusan anda dengan Tuhan.
Tapi saya ingin menggaris bawahi soal persatuan. Persatuan itu memerlukan lebih dari sebuah retorika, persatuan itu memerlukan kerja dan dorongan untuk teladan. Pemimpin umat harus memberi contoh yang baik, misalnya ada banyak kelompok, madzhab, dan pemikiran itu bukan barang baru, tapi kalau silaturahim di antara pemimpin itu ada, di bawah itu silaturahim bisa jalan juga. Tapi kalau tidak ada, pasti juga tidak ada juga di bawah para pemimpin itu. Kemudian, kita itu kalau bertemu seseorang cenderung mencari bedanya, bukan samanya. Padahal sama-sama muslim, sama-sama ke masjid, tapi ketika ada sedikit beda, kita lebih perhatikan bedanya bukan hal yang sama di antara kita. Menurut saya ini bisa dilatih dengan keteladanan pemimpin umat dan bisa dimulai dari rumah. Kita juga harus garisbawahi bahwa persatuan bisa terwujud dengan keadilan.
MINA: Lalu apa pendapat anda tentang persatuan Islam itu sendiri? Karena dalam prakteknya masih ada banyak perselisihan antar umat Islam itu sendiri.
Anies: Fitnah itu bisa gonta-ganti, saya rasa kalau kita ikhlas menjalani apa yang kita kerjakan, kita jalan terus. Tuduhan apapun kepada kita, kita harus tetap jalan terus. Justru ini bisa menjadi pembelajaran bagi umat bahwa pasti akan ada yang hasud, tapi kita ga usah cengeng dan makin hari umat Islam akan bisa membuat keputusan. Tabayyun itu penting, jadi kalau kita mendengar sesuatu yang berpotensi memecah belah umat, maka kita harus tabayyun, kita tanya langsung. Menurut saya, kita harus teruskan tradisi tabayyun tersebut. Adapun fitnah saya sebagai anggota JIL, saya anggota milisnya aja tidak, jadi bagaimana saya bisa menjadi anggotanya. Tapi saya tidak akan menghabiskan waktu mengurusi fitnah tersebut. Kalau anda mau bertabayyun, ya mari kita tabayyun, tanyakan kepada saya.
MINA: Kemudian bagaimana masa depan umat Islam menurut anda?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Anies: Umat Islam berpotensi untuk berkembang luar biasa. Justru kita harus lebih sering membicarakan bagaimana mengembangkan umat Islam daripada banyak berbicara tentang fitnah yang menimpa. Fitnah itu akan terus ada, maka kita juga harus mengembangkan potensi umat Islam. Ada istilah, berikan landasan akidah dan akhlak yang baik, lalu lepaskan untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya, maka umat ini bisa sangat hebat. Karena dari segi kuantitas kita sangat besar, akidahnya juga kuat serta tradisi analisisnya akan sangat tajam. Tapi hal itu harus dimulai dari bawah, dari keluarga yang nanti akan bisa berkembang kepada jamaah yang kuat. Umat Islam akan hebat jika akhlaknya mulia dan ilmunya tinggi. Islam itu rahmatan lil alamin, mengajarkan kedamaian, bagaimana kehadiran seorang muslim bisa menghadirkan berkah pada sekitarnya. Itu dilakukan dengan cara yang beradab seperti ajaran Rasulullah. (L/P01/IR).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina