Oleh: Nur Ikhwan Abadi (Koresponden Mi’raj Islamic News Agency di Gaza, Palestina)
Setelah peristiwa Nakbah (pengusiran sekitar 780.000 warga Palestina oleh Israel) pada 1948, ada sebuah peristiwa penting yang diperingati setiap 5 Juni, yaitu Naksah. Apa dan bagaimana kejadian Naksah itu? Kita akan membahas secara singkat peristiwa perang enam hari antara Israel dan negara-negara Arab yang dimulai pada 5 Juni 1967 itu. Perang yang cukup mencoreng wajah dunia Arab dan muslimin, karena hanya dalam waktu enam hari Israel berhasil mengalahkan tentara gabungan Mesir, Jordan dan Suriah serta menguasai seluruh Palestina bahkan meluaskan tanah jajahannya hingga ke Sinai, Mesir, dan dataran tinggi Golan di Suriah.
Namun sebelum berbicara tentang perang ini dan apa yang terjadi setelahnya, kita akan kembali sejenak guna mengingat peristiwa-peristiwa penting sebelum terjadinya perang ini, karena peristiwa sebelumnya saling berkaitan erat dengan munculnya perang enam hari ini.
Pada 1900, jumlah Yahudi diseluruh Palestina hanya 5 %, kemudian beberapa laporan menyebutkan direncanakanlah proyek besar Zionis Yahudi yang dipimpin Theodore Hertzel dengan menggunakan tangan penjajah Inggris untuk menguasai Palestina.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Secara berkesinambungan Yahudi dari Belanda, Rumania, Jerman, Rusia dan negara-negara lainnya berhijrah ke Palestina. Sehingga pada 1947, Yahudi di Palestina mencapai 31%. Pada rentang waktu tersebut, negara-negara berupaya memadamkan syari’at dengan hijrah besar ini kemudian membagi Palestina menjadi beberapa bagian dengan penduduk aslinya dan penduduk Yahudi pendatang. Seperti yang dilakukan Komite Peel pada 1937, kemudian dikuatkan dengan resolusi PBB nomor 181 pada 1947 dan proposal-proposal Yahudi ini memberikan hasil yang berlipat ganda.
Pada 1948 Inggris menarik mundur pasukan mereka dari tanah Palestina dan Yahudi pun mendeklarasikan perang dengan bangsa Arab yang ingin membebaskan tanah Palestina. Perang ini berakhir dengan kemenangan Yahudi Israel dengan menguasai 78% tanah Palestina dan mengumandangkan berdirinya negara Israel. Satu tahun berikutnya yaitu 1949 Israel bergabung dengan PBB sebagai negara yang diakui oleh dunia.
Hasil dari perang tersebut terbagilah Al-Quds menjadi dua bagian, sebelah timur milik muslimin dan bagian barat milik zionis. Saat itu Masjid al-Aqsha pun masih dikuasai muslimin hingga tiba perang selanjutnya pada 1967.
Pada 5 Juni 1967 Israel meluncurkan serangan kepada tanah sisa milik kaum muslimin di Palestina, kemudian menyebar ke Mesir, Suriah dan Yordania. Israel berhasil menghancurkan sebagian besar gabungan pasukan Arab tersebut dan menghancurkan pesawat-pesawat tempur milik Mesir, Suriah dan Jordan di bandaranya.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Dampak perang 1967
Dalam waktu yang singkat yaitu enam hari saja, Israel berhasil menjajah seluruh tanah Palestina, bahkan berhasil juga menjajah negara-negara tetangga Palestina, hingga daerah milik Israel bertambah 3 kali lipat. Tepi Barat yang pada saat itu dikuasai Jordania berhasil diduduki dan Jalur Gaza yang pada saat itu di bawah kekuasaan Mesir berhasil dikangkangi.
Israel tidak hanya berhasil menguasai seluruh tanah Palestina, namun juga berhasil memperluas daerah jajahannya dengan menguasai Sinai di Mesir, Dataran tinggi Golan di Suriah dan menjajah pertanian syab’a di Libanon, bahkan menjajah daerah lainnya seperti dua pulau di Laut Merah yaitu Pulau Shanafir dan Tiran.
Hasil dari perang ini memang cukup menyesakkan bagi dunia Arab dan Muslimin. Sebut saja hancurnya pesawat pesawat tempur milik Mesir, Jordan, Suriah dimana Israel berhasil menghancurkan 393 pesawat dari jumlah 416 pesawat tempur dan Israel juga berhasil bertahan selama 90 menit sejak dimulainya peperangan. Perang mengakibatkan hancurnya 80 persen persenjataan Mesir. Gugurnya 10 ribu tentara mesir, 6100 tentara Jordan dan 1000 tentara Suriah, sedangan ribuan lainnya mengalami luka-luka. 5000 orang Arab menjadi tawanan Israel.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Sementara itu korban dari pihak Israel tidak sebanding dengan kerugian yang dialamai bangsa Arab. Israel hanya kehilangan 800 tentara, 2500 luka-luka, 20 orang manjadi tawanan dan hanya 5 persen artileri Israel yang hancur.
Israel mengusir 330.000 warga Palestina dari tepi Barat dan Jalur Gaza, kemudian menyita tanah milik warga Palestina tersebut dan membagikannya kepada orang-orang Yahudi. Terusirnya sekitar 100.000 warga di dataran tinggi Golan dari rumah-rumah mereka dan mengungsi ke Suriah. Dengan terusirnya penduduk asli Palestina tersebut Israel dapat dengan leluasa memperluas pembangunan pemukiman mereka dan menjadi masalah besar hingga saat ini.
Sejak itu, Israel mulai membangun pemukiman di Tepi Barat, Jalur Gaza dan dataran tinggi Golan. Hasil terbesar dari perang ini adalah Yahudi berhasil menguasai Masjid Al-Aqsha di sebelah timur Al Quds. Undang-undang di sana sepenuhnya di bawah penguasa Al-Quds yaitu Israel, kemudian bertambahnya penduduk Yahudi Al-Quds dan secara sistematis dijalankannya Yahudisasi terhadap Al-Quds hingga Al-Quds penuh dengan orang-orang Yahudi.
Kejadian memalukan ini membuat berubahnya equalitas persepsi negeri-negeri Arab setelah sebelumnya Arab menyeru kepada pembebasan tanah Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 yang berarti seluruh tanah Palestina, berubah menjadi seruan mebebaskan tanah tanah Palestina yang di jajah sejak tahun 1967 dan seruan awal untuk membebaskan seluruh tanah Palestina telah terlupakan dan terabaikan.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Munculah berbagai demonstrasi, celaan dan kutukan di jalan jalan negara Arab terhadap melemahnya para penguasa Arab dan tentara-tentaranya. Para penguasa Arab pun terpaksa berada dibawah tekanan rakyatnya. Maka dalam rangka menenangkan kembali masyarakat di bukalah kesempatan baru dalam proyek pembebasan Palestina yang masa keemasannya berawal pada 1967 akan tetapi hal tersebut terjadi setelah israel berhasil menjajah Al-Quds dan menodai Masjid Al-Aqsa, karena pada tahun 1980-1981, Israel membuat undang-undang bahwa daerah Golan dan Al Quds bagian timur adalah bagian resmi dari apa yang mereka sebut negara Israel.
Wilayah-wilayah Palestina yang dicaplok Israel
Dengan berhasilnya Zionis Israel menduduki tanah Palestina dengan presentase 78% pada 1948 ditambah keberhasilan menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat yang berarti menjadi keseluruhan Palestina ditambah dataran tinggi Golan di Suriah dan Sinai di Mesir, ini merupakan sebuah kesuksesan besar buat Israel.
Dewan Kemanan PBB bereaksi dengan mengeluarkan Resolusi nomor 242 pada November 1967 dengan isi agar Israel menarik mundur daerah yang terjajah tahun 1967 akan tetapi resolusi tersebut tidak terlaksana dengan sebenarnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Hingga terjadi kesepakatan bersama yang terkenal dengan perjanjian Camp David pada 17 September 1978 di Camp David
Maryland Amerika Serikat antara Presiden Mesir saat itu Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Perjanjian damai Camp David ini merupakan perundingan rahasia selama 12 hari yang diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat pada saat itu, Jimmy Carter. Perjanjian ini memiliki tiga komponen penting yaitu pengakuan Arab terhadap Israel dalam perdamaian, penarikan pasukan Israel dari wilayah-wilayah pendudukan yang diperoleh selama perang serta negara-negara Arab tidak akan mengancam keamanan Israel dan tidak akan membagi-bagi Yerusalem kepada siapapun.
maka setelah perjanjian ini, Israel mengabulkan dengan mengembalikan empat daerah yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza, dataran tinggi Golan dan Sinai.
Kemudian diikuti pada 1979 Mesir mengakui Israel sebagi sebuah negara kemudian dengan itulah Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir tetapi dengan syarat-syarat yang sangat terikat dan terbatas. Perjanjian-perjanjian ini hanya menguntungkan beberapa pihak saja, yaitu Mesir, Israel dan Amerika Serikat, bahkan seolah olah perjanjian ini hanya bagi-bagi kekuasaan diantara ketiga negara tersebut.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Pengakuan Mesir terhadap Israel berakibat fatal terhadap Palestina, karena tanah airnya terus menerus digerus. Bahkan Palestina menjadi pihak yang paling dirugikan dari perjanjian ini.
Inilah yang terjadi pada perang 1967 dan setelahnya dan menjadi cikal bakal segala konflik di negeri negeri Arab. Bangsa Arab pun menamakan perang ini dengan nama Naksah yang berarti Kemunduran. Ada juga yang menamakannya perang 1967 atau perang enam hari. Dinamakan Naksah atau kemunduran karena berubahnya persepsi awal untuk mengembalikan Palestina secara keseluruhan menjadi hanya pada batas 1967 saja, serta pengakuan terhadap kedaulatan Israel oleh negara-negara Arab serta penjaminan kemanan negara-negara Arab terhadap apa yang mereka sebut negara Israel. (K01/P03/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat