Washington, MINA – Amerika Serikat telah menyatakan keprihatinannya atas “upaya China untuk membatasi dan memanipulasi” kunjungan Kepala Hak Asasi Manusia PBB ke wilayah Xinjiang, Michelle Bachelet, di mana Beijing dituduh menahan lebih dari satu juta orang di kamp-kamp indoktrinasi.
Dalam sebuah pernyataan seperti disiarkan Al Jazeera, Ahad (29/5), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia khawatir kondisi yang diberlakukan otoritas China pada kunjungan Michelle Bachelet tidak memungkinkannya untuk melakukan “penilaian yang lengkap dan independen terhadap lingkungan hak asasi manusia, termasuk di Xinjiang.”
Bachelet sendiri telah menyatakan dalam awal kunjungannya, dengan mengatakan “bukan penyelidikan,” tetapi meminta Beijing untuk menghindari “tindakan sewenang-wenang dan tidak pandang bulu” dalam tindakan kerasnya di Xinjiang.
Dia mengatakan perjalanan itu adalah kesempatan baginya untuk berbicara dengan “terus terang” kepada otoritas China serta kelompok masyarakat sipil dan akademisi.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Kunjungannya adalah yang pertama ke China oleh seorang komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia dalam 17 tahun, setelah negosiasi yang panjang.
Pernyataan Bachelet mendapat kritikan para aktivis dan LSM, yang menuduhnya memberikan kemenangan propaganda yang penting bagi Beijing.
Dia memulai perjalanannya pada Senin (30/5) di kota selatan Guangzhou sebelum menuju ke Xinjiang. Tetapi aksesnya terbatas karena pihak berwenang telah mengatur agar dia melakukan perjalanan dalam “lingkaran tertutup”, mengisolasi orang-orang untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan tanpa pers asing. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis