Oleh : Aqmarina, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI AL-FATAH Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Assma Galuta (25 th), Muslimah perancang busana terkemuka asal Ottawa, Kanada, atau lebih dikenal dengan nama di dunia maya Asoomii Jay, telah lama menjadi youtuber aktif, sejak 2011, terutama ketika ia mulai melakukan tutorial hijab untuk Muslimah di kawasan Eropa.
“Saya melihat banyak teman-teman saya sesama Muslimah melepas jilbab mereka dan itu membuat saya sedih,” jelasnya.
Menurutnya, mereka rupanya hanya melakukannya untuk menyesuaikan dengan teman-temannya.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Ketika ditanya, mengapa melepas jilbab, teman-temannya hanya menjawab , “Saya tidak terlihat cantik dengan berjilbab,” atau “Saya merasa tidak dapat diterima dengan jilbab”.
Sejak saat itulah, melalui jaringan YouTube, Asoomii Jay ingin menunjukkan bahwa mereka masih bisa tampil cantik dan bergaya dengan memakai jilbab.
Channel-nya pun menjadi populer secara internasional dengan ribuan pelanggan di YouTube dan puluhan ribu pengikut Facebook, Muslimlink menyebutkan,
Aktivis Sosial
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Assma Galuta di samping sebagai perancang busana Muslimah, juga aktif menjadi seorang advokat untuk kasus-kasus jilbab. Ia juga berpartisipasi dalam Hari Hijab Dunia di Universitas Carleton Ottawa, Kanada, beberapa waktu, dengan memperagakan beberapa jenis jilbab. Ia juga sedang mengambil studi psikologi di universitas tersebut.
“Saya masih dan akan selalu menjadi pendukung jilbab, karena di mata saya mereka yang memakai jilbab adalah benar, memiliki rasa kehormatan yang tinggi dan kekaguman. Saya menjadi bagian dari budaya berjilbab, ucapnya.
Ya, ia pun mulai aktif di dunia social, mulai dari mempromosikan penggalang dana untuk pengungsi Suriah, untuk meningkatkan kesadaran dunia tentang hak asasi manusia Palestina.
Pada musim panas 2014, selama konflik di Gaza, Assma Galuta bergabung dengan Time Vision Productions (TVP), sebuah perusahaan produksi multimedia berbasis di Toronto, kota terbesar di Kanada. TVP didirikan oleh sekelompok Muslim Kanada : Maaz Khan, Younes Mohamed dan Mustafa Mawla.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Kelompok tersebut menggalang dana masyarakat untuk membantu meringankan beban penderitaan warga sipil Gaza, dengan cara menayangkan video di sepanjang jalan yang dilewati pejalan kaki di Toronto, Kanada, tentang empat anak laki-laki yang tewas di sebuah pantai di Gaza oleh rudal pasukan Israel.
Setelah peristiwa penembakan di Ottawa pada Oktober 2014, Galuta dan TVP bekerja sama lagi untuk mengatasi dampak yang mereka rasakan karena meningkatnya Islamofobia dan kejahatan serta kebencian terhadap Muslim.
Melalui aksi yang mereka sebut dengan ‘Kepercayaan dengan Tutup Mata’, mereka berharap untuk berbagi pesan dengan sesama.
Aksi dimulai dengan Mustafa Mawla yang berdiri dengan mata ditutup dengan seikat kain. Lalu ia merentangkan tangan meminta kepada orang-orang yang lalu lalang, jika mereka percaya padanya cukuplah dengan memeluknya. Aksi tersebut direkam dan membuat beberapa orang yang melihatnya memasang berbagai macam ekspresi.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Hal mengejutkan terjadi ketika salah seorang pengendara mobil berhenti dan keluar dari mobilnya dari jarak yang cukup jauh, menghampiri Mawla hanya untuk memeluk Mawla.
“Orang-orang berpikir bahwa Muslim memiliki kekerasan atau memiliki pemikiran yang tertutup,” ujar Mawla.
Jadi, menurutunya, ketika orang melihat pria Muslim memeluk seseorang, itu bisa membuat mereka melihat Muslim dengan cara yang berbeda dan membuat mereka tersentuh.”
Mawla tidak perlu bicara, cukup ia tulis poster di dekat kakinya yang berbunyi,” “Saya seorang Muslim. Saya dilabeli sebagai teroris. Saya percaya kalian. Apakah kalian percaya saya? Beri saya pelukan.”
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Ketika Galuta kemudian memposting video tersebut di YouTube, dia hanya berharap agar aksi tersebut tersimpan.
“Tapi ternyata pengunjung video tersebut meledak,” ujar Galuta.
Video ‘Kepercayaan dengan Tutup Mata’ sejak dirilis akhir tahun lalu hingga saat ini memiliki lebih dari dua juta tampilan di Galuta YouTube Channel.
Dalam video tersebut, Galuta membuat pilihan tampil dengan memakai jilbab anggun.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
“Jika saya hanya berdiri tanpa mengenakan jilbab dan berkata ‘saya Muslim’, tentu saya berpikir itu akan menimbulkan reaksi. Ini sama dengan pilihan Mustafa Mawla, karena dia memiliki jenggot. Sehingga ciri khas Muslimnya terlihat,” ujar Assma Galuta alias Asoomii Jay.
Wawancara Media
Galuta dan Time Vision Productions langsung mendapatkan panggilan dari media lokal dan internasional yang ingin mewawancarai mereka tentang proyek ‘Kepercayaan dengan Tutup Mata’ tersebut.
“Dua menit sebelum kami pergi, kami diminta diwawancarai oleh Russia Today,” tuturnya.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
Namun, ia kemudian segera mengetahui bahwa tidak semua media selalu mendukung pesan aksinya.
Ia merasa tidak suka dengan wawancara media tertentu yang hanya mengedit video dengan berbagai cara, namun tidak menunjukkan dialog mereka.
Kekecewaan lain datang ketika sampai di rumah, dari saluran televisi lokal menanyakan, apakah aman jika ditayangkan?
Tapi Galuta menikmati sesi wawancara dengan CBC Radio dan Global News serta Jerman Der Spiegel.
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
“Para pewawancara berkualitas,” jelasnya.
Ia dipersilakan untuk mengatakan apa yang diinginkan serta tidak ada yang diedit.
“Mereka mendengar apa yang kita ucapkan,” ujarnya menambahkan.
Sesi paling berkesan, justru bukan dari wawancara wartawan. Tapi dengan kelas siswa SMA Korea Selatan. Ketika seorang guru Amerika-Korea meminta pada Galuta untuk berbicara melalui Skype padanya saat kelas Agama Islam.
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
“Mereka benar-benar menyukai aksi kami. Para siswa benar-benar ramah. Mereka ingin mengetahui lebih dalam tantangan lain yang dihadapi kaum muda Muslim di Kanada. Mereka meminta kami untuk memberitahu mereka jika Muslim di Barat mengalami krisis identitas,” jelasnya.
Menghargai Perbedaan Budaya
Assma Galuta tumbuh berpidah-pindah negara, mulai dari Afrika Utara, Dubai (Timur Tengah) hingga Kanada. Sehingga dia bisa menghadapi beragam perbedaan budaya.
Ia menjadi sangat terbuka di media sosial ketika menghadapi kesulitan yang dihadapinya dan dapat menyeimbangkan Barat, Muslim, dan harapan budaya Arab.
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
Dia merasa kesulitan ketika sering menghadapi pemuda Muslim Kanada yang tidak dapat memenuhi salah satu harapan budaya tersebut.
“Bahkan ketika saya berjilbab, itu masih tidak cukup baik,” katanya.
Dengan aktivitasnya menjadi youtuber, Galuta telah belajar banyak bagaimana menumbuhkan kekuatan ketika menghadapi perkataan orang lain tentang dirinya.
“Satu hal yang ingin saya katakan adalah jangan lihat pada komentar orang-orang,” dia berbagi pesan kepada sesame aktivis.
“Kami saling berbagai kabar baik maupun buruk. Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang orang akan katakan dan apa yang mereka gambarkan tentang diri kalian. Jadi jika Anda akan menjadi admin, Anda harus mencoba untuk bersikap netral. Kita harus menjaga diri ketika sedang online,” paparnya.
Galuta memiliki pengalaman bagaimana harus menghadapi banyak reaksi secara online selama bertahun-tahun.
Ia menjelaskan, bahwa seorang aktivis akan menjadi panutan bagi yang lain.
“Saya menerima email dari seorang wanita yang berada di sebuah halaqah (kelompok studi Islam), di mana seorang gadis menuliskan menjadikan Asoomii Jay sebagai panutannya,” ia menuturkan.
Gadis itu, ujarnya, melihat saya di google, kemudian berpikir bahwa aku seorang aktivis agama, dan ketika dia tahu dirinya adalah seorang youtuber gadis itu marah.
Namun, justru dengan peristiwa-peristiwa itu, dia kini merasa bahwa pengalaman negatif sebagai youtuber telah membuatnya lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan.
Ia dan kelompoknya kini semakin kokoh mengambil sikap pada isu-isu keadilan sosial kontroversial seperti hak asasi manusia Palestina atau Islamophobia.
“Saya sudah melalui semua itu, dan siap menghadapinya. Jika Anda pun memiliki pesan dan ingin menjadi aktivis untuk menyampaikan pesan kepada dunia, maka lakukan saja dengan penuh percaya diri,” imbuhnya. (T/mar/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)