Jakarta, MINA – Bank Dunia merilis bahwa 53 persen anak-anak di dunia yang berusia 10 tahun mengalami krisis belajar (learning poverty) atau ketidak mampuan anak dalam memahami teks bacaan.
“Kita harus mengakui kalau memang faktanya seperti itu, kita terima sebagai kenyataan, lalu mengatasinya,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud) Totok Suprayitno usai audiensi World Bank-Kemendikbud untuk evaluasi dan rencana koordinasi untuk kerja sama layanan pendidikan bertema “The Promise of Education in Indonesia” di Jakarta, Selasa (19/20).
Menurutnya, dalam mengatasi learning poverty Kemendikbud melakukan asessment (penilaian) sebagai tolak ukur mengetahui kemampuan baca, sejak anak kelas 2 Sekolah Dasar (SD).
“Pertama kita lakukan assessment sejak kelas 2 SD, supaya nanti kelas 4 kita harapkan sudah selesai. Learning poverty itu kan ketika anak usia 10 tahun (kelas 4), dikhawatirkan kalau tidak bisa membaca dan memahami simple teks itu nanti progres berikutnya belajar akan terhambat. Nah kita (Kemendikbud) cek sejak kelas 2 melalui assesment kemampuan baca, kita adakan essay juga,” jelasnya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Ia menambahkan, setelah melakukan assessment kemampuan baca, jika pihaknya menemukan ada anak yang belum bisa memahami taks bacaan, maka akan dilakukan perbaikan dengan cara diberikan bimbingan pembelajaran.
“Seandainya ketahuan oh kelas 2 ini ada anak berpotensi ga bisa baca dan mamahami, ini masih ada perbaikan selama setahun sampai dua tahun. Jadi umur 10 tahun, sudah bisa dijamin memiliki kemampuan yang cukup untuk memahami dan membaca,” ujarnya.
Adapun jumlah persentasenya secara spesifik, Kemendikbud belum melakukan penelitian secara mendalam. Namun, Totok menyakini bahwa jumlah krisis belajar anak Indonesia tidak sampai 53 persen.
“Secara spesifik kami belum melakukan studi lebih mendalam, meski di daerah-daerah yang rimut ada saja, tapi tidak separah yang digambarkan tadi 53 persen (sedunia). Ya kalau khusus Indonesia enggalah,” tambahnya. (L/R10/P2)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mi’raj News Agency (MINA)