Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahagia di Saat Sakit

Rudi Hendrik - Selasa, 14 November 2017 - 07:29 WIB

Selasa, 14 November 2017 - 07:29 WIB

403 Views

(Thepicta.com)

(Thepicta.com)

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis MINA

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ

 ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ

Artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 155-157).

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

 

وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ

Artinya, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu’ara [27] ayat 80).

 

Sakit memang sakit. Bukan lagi “sakitnya di sini”, tapi sudah sampai di mana-mana. Itulah yang dirasakan bagi orang yang sedang diberi sakit oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketika Allah mencabut satu saja dari nikmat fungsional di tubuh kita, maka seketika itu juga kita akan tidak berdaya seiring merasakan sakit yang luar biasa. Pada puncaknya, sakit itu bisa saja menjadi masa perantara kita menuju ke pintu kematian.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Di saat kondisi fisik terpuruk seperti itu, seorang beriman atau Muslim justru dituntut untuk meraih keberuntungan dengan cara menata ulang pola pikir dan pemahamannya berdasarkan petunjuk wahyu Ilahi.

Meski sangat sakit rasanya, membuat tidak berdaya, seolah kenyamanan telah dicabut selamanya, tapi sakit yang diberikan kepada seorang hamba, disebut sebagai “cobaan” oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya di QS. Al-Baqarah [2] ayat 155-157 di atas.

Dari ujian-ujian berbentuk musibah yang salah satunya adalah sakit, hanya perlu satu rumusan untuk memupuk musibah itu agar berbuah kebahagiaan dan kebaikan. Caranya adalah menanamkan kalimat “inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)” ke dalam pikiran dan hati kita, sehingga lisan pun bisa mengucapkannya di kala ujian itu Allah berikan.

Dengan demikian kita akan masuk ke dalam kategori “orang-orang yang sabar”. Maka Allah pun memberi ampunan-Nya kepada kita, memberikan rahmat-Nya, dan memberikan petunjuk-Nya. Siapa orang yang tidak lebih bahagia dan beruntung dari orang-orang yang sabar.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Jika sakit itu sudah kita anggap sebagai wasilah kepada kebaikan untuk kita, meski ada rasa sakit, meski ada suara rintihan atau ada rasa susah dan ketidakberdayaan, pada faktanya hati kita tetap akan bahagia. Jikalau Allah izinkan, kita akan sehat kembali. Jikalau pun Allah mencukupkan nyawa kita, pertanda Allah lebih mencintai kita untuk segera menikmati kebaikan di sisi dunia yang lain.

Begitu istimewanya perihal penyakit yang pada faktanya sangat tidak diinginkan oleh kebanyakan manusia. Melalui risalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalllam, Allah memberi gambaran keindahan yang melimpah dan menyenangkan bagi para ahlul bala’ (orang yang banyak dapat musibah).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،

فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

Artinya, “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barang siapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya, dan barang siapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani  dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Dan Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا

وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan  baginya di dunia” (HR. At-Tirmidzi no.2396 dari Anas bin Malik, lihat Ash-Shahiihah no.1220)

Dari dua hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa niatan Allah memberi kita musibah atau cobaan, semata-mata demi kebaikan kita jua. Jadi tidak ada pilihan lain selain kita harus bahagia menerima sakit-sakit itu.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ

Artinya, “Setiap Muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan dihapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651).

Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ

حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

Artinya, “Cobaan akan selalu menimpa seorang Mukmin dan Mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399).

Masikah kita harus bersedih dengan sakit yang membuat kita tidak berdaya? Pada faktanya, di saat ketidakberdayaan kita itu, Allah menempatkan kita pada posisi yang mulia.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Bahkan, kemuliaan para ahlul bala’ (orang yang sering mendapat musibah) tetap terbawa hingga akherat nanti. Orang-orang yang selalu sehat dan hidup nyaman di dunia akan merasakan kecemburuan yang begitu tinggi kepada ahlul bala’.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ

مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.

Artinya, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.” (HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206).

Kemudian, Allah pun memanjakan kita selama masa sakit itu.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا

Artinya, “Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” (HR. Bukhari  dalam shahihnya).

Subhanallah, kita sedang berbaring dan beristirahat, akan tetapi pahala kita terus mengalir. Apalagi yang menghalangi Anda untuk tidak bergembira, wahai orang yang sakit?

Maka tidak ada cara lain dalam menyikapi ujian sakit atau keburukan lainnya, selain berbaik sangka kepada Allah. Karena dalam hal persikapan kepada Allah, hanya ada satu pilihan.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah berfirman ‘Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (mutafaq ‘alaihi). (A/RI-1/RS3)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Khutbah Jumat
Indonesia
Tausiyah
Tausiyah