Jakarta, MINA – Penanganan darurat bencana banjir, longsor dan puting beliung yang melanda wilayah Sulawesi Selatan pada Selasa (22/1) masih terus dilakukan hingga saat ini.
Menurut data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Ahad (27/1), dampak bencana tercatat 68 orang meninggal, tujuh orang hilang, 47 orang luka-luka, dan 6.757 orang mengungsi.
“Meskipun banjir sudah surut, ribuan warga masih berada di pengungsian karena kondisi rumah rusak dan lingkungan penuh lumpur,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nogroho dalam pernyataannya yang diterima MINA.
Sutopo mengatakan, beberapa warga merasa lebih aman di pengungsian karena trauma dengan banjir dan longsor.
Baca Juga: Isu Viral Bumbu Instan Berlabel Prop 65 di AS, BPOM Pastikan Produk Aman Dikonsumsi di Indonesia
Menurut data informasi dari BNPB, tercatat 188 desa terdampak bencana di 71 kecamatan yang tersebar di 13 kabupaten/kota yaitu Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap, Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai.
Kerusakan fisik meliputi 550 unit rumah rusak ( 33 unit hanyut, 459 rusak berat, 30 rusak sedang, 23 rusak ringan, lima tertimbun), 5.198 unit rumah terendam, 16,2 km jalan terdampak, 13.326 hektar sawah terdampak dan 34 jembatan, dua pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, delapan fasilitas pemerintah, dan 65 unit sekolah.
“Daerah yang paling parah mengalami dampak banjir dan longsor adalah Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Jeneponto, Marros dan Wajo,” ujar Sutopo.
Sutopo mengatakan, pencarian tujuh orang hilang masih dilakukan tim SAR gabungan. BNPB terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat.
Baca Juga: BNPB Laporkan Karhutla di Pulau Kalimantan
“Penanganan darurat masih dilakukan di Desa Sapaya, Desa Bontomanai, Desa Mangempang, dan Desa Buakang di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa yang mengalami banjir dan longsor dengan jumlah korban 29 orang meninggal,” ujarnya.
Selain itu, tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi dan pencarian korban hilang. Pembangunan jembatan darurat balley dilakukan oleh TNI dibantu instansi terkait dan warga.
Pelayanan kesehatan oleh Dinas Kesehatan, PMI dan NGO. Dapur umum telah didirikan Brimob Polda Sulses dan Dinas Sosial.
Menurutnya, prioritas penanganan saat ini adalah membersihkan lumpur dan material yang menutup jalan, lingkungan dan rumah.
Baca Juga: Menag Siapkan Dua Upaya Penanganan untuk Cegah Aksi Pembubaran Rumah Doa
“Material lumpur yang ada di dalam rumah tebalnya ada yang 50 centimeter dan kondisinya mulai mengeras sehingga sulit dibersihkan, oleh karena itu alat berat dikerahkan membersihkan material lumpur,” katanya.
Sutopo menambahkan, kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah makanan, selimut, matras, pelayanan medis, MCK dan sanitasi, relawan untuk membersihkan lumpur, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur, trauma healing, dan lainnya. (R/Ais/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kepala BPOM Tegaskan Pentingnya Kebijakan Berbasis Bukti dalam Pengawasan Obat dan Makanan