Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belajar dari Sayyid Qutub dan Buya Hamka Hadapi Bala dan Wabah

Rana Setiawan - Senin, 13 April 2020 - 17:46 WIB

Senin, 13 April 2020 - 17:46 WIB

16 Views

Oleh: Ardansyah Abu Ahmad Fathi Al-Aqsha, Dai Shuffah Alak Nusa Cendana – Kupang, NTT

Beberapa bulan terakhir ini publik dunia dihebohkan dengan sebuah fenomena penyebaran virus yang mematikan. Mereka menyebutnya dengan CoVID-19 atau virus corona.

Seperti sebuah sinetron layar kaca televisi di Indonesia, virus ini berhasil membuat “dunia terbalik”. Terbalik menurut logika banyak orang. Namun pada hakikatnya, virus ini seolah ingin mengembalikan manusia dan alam ini pada fitrahnya, yakni menjaga keseimbangan hidup.

Ya, virus ini setidaknya telah membersihkan bumi dari masalah polusi udara yang sangat hebat. COVID-19 telah menahan laju transportasi di seluruh dunia, sehingga kendaraan bermotor banyak yang tidak beroperasi. Efek Buruknya memang banyak aktivitas ekonomi yang terhambat, namun positifnya adalah alam ini begitu bahagia karena polusi udara berkurang dengan drastis.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Meski begitu, ada lagi hal positif lain yang dihasilkan oleh COVID ini, pergaulan bebas dapat dikurangi. Manusia waras mulai menghindari perkumpulan yang tidak bermanfaat. Para durjana yang dulunya menghamba pada free sex setidaknya berpikir ulang ketika akan melakukan kemaksiatan, karena khawatir tertular oleh virus yang mematikan ini.

Virus ini oleh para ahli, ditengarai sangat mudah menyebar melalui kontak fisik antar manusia.  Contohnya di Italia, rakyatnya yang biasanya gemar berkumpul dan berpesta pora, kini bertekuk lutut akibat adanya Corona. Kota Italia laksana kota mati, dan ratusan orang dikuburkan secara massal setiap harinya. Mata dunia tak sanggup menatap kejadian pilu ini.

Corona telah membuat orang banyak terpenjara. Istilah sekarang, banyak orang yang mati gaya oleh Corona. Namun tidak dengan orang yang selalu optimis lagi beriman. Mereka pasti bisa melihat celah kebaikan dari hadirnya Corona.

Saudaraku, Kenapa kita tidak memilih menjadi seperti Sayyid Qutub ketika beliau dijebloskan ke dalam penjara oleh rezim yang memimpin negeri di masanya? Beliau pasrah namun tetap menghabiskan waktunya dalam penjara dengan optimisme dan bahkan hampir seluruh waktunya digunakan untuk mendekat sepenuhnya kepada Kitabullah, mendekat sepenuh jiwa raganya kepada sang Khaliq.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

Beliau pun melalui hari-harinya dibalik jeruji dgn terus membaca dan menelaah Kitab Suci-Nya. Tak hanya itu, Sayyid Qutub justru meraih prestasi gemilangnya dengan sebuah karya monumentalnya, tafsir Al-Quran “Fii Zilalil Qur’an” yang kini telah mendunia dan dibaca oleh jutaan umat Islam.

Atau kenapa kita tak memilih menjadi seperti Buya Hamka, yang tak banyak menggerutu, namun tetap fokus menikmati sajian Al-Quran yang teramat lezat itu ketika beliau harus mendekam di dalam bui.  Hingga beliau pun berhasil merampungkan tafsir Al-Azhar dari balik jeruji besi yang merenggut kebebasannya di kala itu.

Saudaraku, begitulah Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Adil, jika satu pintu kebaikan Allah tutup maka yakinlah bahwa ada pintu-pintu kebaikan lain yang Allah buka untuk hamba-hamba Nya yang selalu optimis dan tidak berputus asa. Kemudahan pasti disandingkan dengan kesulitan.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Alam Nasyroh : 5)

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

Saudaraku, sekarang bukan masanya lagi kita meratap. Bukan waktunya lagi kita berdebat panjang. Bukan saatnya lagi kita salah menyalahkan. Berhentilah mengeluh. Berhentilah mengumpat. Isi waktumu, jadikan “penjara Corona” ini sebagai titik balik dan momentum emas untuk kita mengukir prestasi setinggi mungkin. Mari kembali kepada kitabullah, nikmati kelezatan dari membaca setiap hurufnya.  Mari kita hasilkan karya-karya monumental. Kalau tak bisa mendunia, minimal karya itu bisa bermanfaat bagi diri dan keluarga kita.

Jadi, mari berpikir positif, bersangka baiklah kepada Allah. Dalam setiap peristiwa pasti ada hikmah dan pembelajaran yang bisa kita peroleh.  Mari mengambil mutiara di balik merebaknya wabah ini, dan mari berkarya dari dalam “jeruji Corona” ini.  katakan kepada Corona: “terima kasih atas kehadiranmu wahai corona, dgn hadirmu aku bisa banyak belajar, bermuhasabah dan melejitkan potensi diriku dan kembali mengingat Tuhan yang Maha Perkasa.”

“Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah (2) : 155).

Tetap jaga jarak, gunakan masker, rajin cuci tangan (berwudhu),  jagalah kesehatan, perbanyaklah ibadah dan mulailah dari sekarang untuk mengukir prestasi dan sejarah hidupmu. Salam sukses.(AK/R1/P2)

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Rekomendasi untuk Anda

Sosok
Amerika
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Sosok