Bengkulu Jadi Kota Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pertama di Indonesia

Jakarta, MINA – Kota , Provinsi Bengkulu kini memiliki predikat sebagai Kota Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pertama di Indonesia.

Kota SDGs adalah kota yang berkomitmen untuk menerapkan 17 tujuan dalam praktik kehidupannya.

Wakil Walikota Bengkulu, Dedy Wahyudi menyampaikan rasa syukurnya karena Bengkulu dipilih menjadi kota SDGs sehingga warganya mendapatkan kesempatan lebih untuk mengingatkan taraf hidupnya.

Dia menegaskan bahwa masyarakat Bengkulu siap untuk melaksanakan program-program demi mencapai tujuan-tujuan SDGs.

“Selama ini Pemerintah Kota telah melakukan berbagai program yang mendorong tercapainya tujuan-tujuan SDGs. Kami bersyukur kerjasama ini akan membantu warga Bengkulu memiliki kehidupan lebih baik dari sisi material maupun spiritual,” kata Dedy dalam Talkshow “Bengkulu Kota SDGS” pada rangkaian Acara Filantropi Festival di JCC, Jakarta, Kamis (15/11).

Hadir juga dalam acara tersebut, Anggota BAZNAS, Nana Mintarti dan Co-Chair Filantropi Indonesia, Erna Witoelar.

Kota SDGs Bengkulu sendiri baru diluncurkan di Kelurahan Sumberjaya, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu pada Rabu (8/11) lalu, hasil kerjasama dari unsur pemerintah, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), para Lembaga Amil Zakat (LAZ), Filantropi Indonesia, kampus dan lembaga swadaya masyarakat.

Sementara dari unsur pemerintah melibatkan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kota Bengkulu.

Walkot Dedi juga menjelaskan, dari kampus turut berpartisipasi Universitas Bengkulu, IAIN Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas Dehasen dan Universitas Hezairin.

Selain itu, Lembaga Swadaya Masyarakat melibatkan Koalisi Perempuan Indonesia, Cahaya Perempuan dan BKM Maju Jaya. Dari gerakan zakat berperan aktif LAZ IZI, Yakesma, LAZISMU, LAZISNU, BMH, BAZNAS Provinsi Bengkulu dan BAZNAS Kota Bengkulu.

Dedy berharap, Kelurahan Sumberjaya yang menjadi lokasi awal program-program Kota SDGs akan berlanjut ke kelurahan yang lain di Kota Bengkulu sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah setempat.

Anggota BAZNAS Nana Mintarti mengatakan, setiap lembaga yang bekerjasama dalam program ini, bahu membahu mendorong pengembangan sektor perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan yang selaras dengan dari poin-poin tujuan SDGs.

“BAZNAS melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program pengelolaan sampah menjadi biji plastik serta membantu para pelaku usaha kecil menengah (UKM) untuk memiliki gerai berdagang dan dapat mengemas produk dengan lebih baik,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Nana, BAZNAS juga memberikan dorongan dari sisi spiritual melalui dai-dai yang akan membangun kesadaran dalam pelestarian lingkungan agar masyarakat dapat cepat menyesuaikan diri dengan tujuan-tujuan SDGs.

Dia mengatakan, program awal ini memberikan dampak positif bagi lebih dari 600 kepala keluarga kurang mampu di pusat kota Bengkulu. BAZNAS juga menjalankan program pengelolaan sampah kota.

“Masyarakat diberikan mesin pengolah sampah yang dapat menghasilkan pupuk, dan produk-produk kerajinan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” ujarnya.

Dalam penguatan UKM, BAZNAS membantu membangunkan gerai berjualan di wilayah dermaga dan kawasan wisata mangrove yang strategis. Pelaku UKM lain memperoleh bantuan pengemasan produk sehingga lebih memiliki nilai jual.

Co-Chair Filantropi Indonesia, Erna Witoelar mengatakan pihaknya mendorong dan memfasilitasi kemitraan ini karena sejalan dengan prinsip “integrasi” dalam SDGs.

“Melalui kemitraan, persoalan perkotaan Bengkulu bisa diatasi secara bersama. Ini akan menjadi model kemitraan yang dapat dicontoh untuk program-program SDGs lainnya,” katanya.(L/R01/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.