Berbakti kepada Orang Tua

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman, “Dan Kami Wajibkan manu-sia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-ba-paknya,” (Qs. Al-Ankabutt : 8).

Hak kedua orang tua ialah, mentaati, menafka-hi, melayani, mencintai keduanya sebagaimana kedua orang tua tersebut melakukan hal itu ke-tika anaknya kecil. Kemudian bergaul dengan keduanya dengan baik. Sedangkan hak ibu le-bih besar dari hak bapak.. Berbuat baik kepada kedua orang tua yang musyrik juga kita diha-ruskan. Kecuali jika mereka menyuruh sesuatu yang bertentangan dengan Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman, ”Dan Tuhan-mu telah Me-merintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pa-da ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika sa-lah seorang di antara keduanya atau kedua-dua-nya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu, maka sekali-kali janganlah kamu mengata-kan kepada keduanya perkataan “ah” dan ja-nganlah kamu membentak mereka dan ucap-kanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. al Israa : 23).

Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, ”Saya berta-nya pada Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam , ”Apakah Amal perbua-tan yang lebih disukai oleh Allah?”

Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam  menjawab, pada kedua ayah bunda. Saya bertanya, kemudian apalagi? Jawab-nya, ”Jihad (berjuang dalam jalan Allah).” (HR. Bukhari Muslim).

Abu Hurairah ra. berkata: Datanglah seorang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam . dan bertanya, ”Siapakah yang berhak aku layani dengan sebaik-baiknya?” Ja-wab Nabi, ”Ibumu.” ”Kemudian siapa?” Jawab Nabi, ”Ibumu.” ”Kemudian siapa?” Jawab Nabi, ”Ibumu.” ”Lalu siapa lagi?” Jawab Nabi, ”Ayah-mu.” (HR. Bukhari Muslim).

Seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam , adakah sesuatu kebaikan yang dapat aku per-sembahkan kepada kedua orang tuaku sepe-ninggal mereka berdua?”

Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam  menawab, ”Yah, menshalatkan keduanya, memohonkan ampun keduanya, me-nepati janji keduanya setelah keduanya mening-gal, menyambung tali keluarga yang tidak disam-bung keduanya dan menghormati teman-teman keduanya.” (HR. Abu Dawud).

Bahkan ridha Allah pun diatas ridha kedua orang tua. Rasululllah Shallallahu alaihi Wa Sallam  bersabda, “Ridha Rabb ada dalam ridha kedua orang tua dan ke-marahan Rabb ada dalam kemarahan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi).

Dalam hadis lain, Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam  bersabda, ”Sungguh kecewa, sungguh kecewa dan hina, sungguh ke-cewa, siapa yang mendapatkan kedua ayah bun-danya atau salah satunya sampai tua, kemudia ia tidak dapat masuk surga.” (HR. Muslim).

Hadis ini seolah-olah menggambarkan bagaima-na mudahnya seorang anak akan masuk surga, asalkan ia masih berbakti kepada keduanya dan mendapat do’a serta keridhaan orang tuanya yang merasa puas kepadanya.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam  bersabda, “Dosa-dosa besar itu ialah: Menyekutukan Allah, dan durhaka pada kedua ayah-bunda dan membunuh manusia dan sumpah palsu (sumpah yang menenggelamkan ke dalam neraka).” (HR. Bukhari).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam  bersab-da, ”Di antara dosa-dosa besar ialah seseorang yang memaki kedua ayah-bundanya.” Sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah adakah seorang anak yang memaki ayah-bundanya?” Jawab Nabi, ”Ya. Dia memaki ayah orang lain, maka dibalas memaki pada ayahnya atau dia memaki ibu orang lain, lalu dibalas memaki pada ibunya.” (HR. Bukhari, Muslim). wallahua’lam.(R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.