Warung Sedekah Untuk Mereka Yang Membutuhkan

Harapan Warga melalui Warung

Pagi itu, Senin, 28 September 2020, matahari bersinar cukup cerah. Cahayanya menyebar, memancar, menerangi bumi, menandakan limpahan anugerah dari Yang Maha Pemberi , pagi itu merupakan hari yang indah. Suasana di Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor pagi itu dihiasi dengan aktivitas warganya yang akan berangkat bekerja, para asatidznya sedang mempersiapkan diri untuk mengajar ilmu dan akhlak mulia kepada para santri. Tak terkecuali, Imaam Yakhsyallah Mansur yang melakukan inspeksi, mengecek pekerjaan para jamaah yang sedang memulai aktivitas pagi, memastikan apakah semua agenda berjalan lancar ataukah ada kendala dalam pelaksanaannya.

Di tengah kesibukan mereka itu, ada sebuah pemandangan menarik untuk dicermati. Di sebuah sudut, persis di sayap kiri pintu gerbang Pesantren, di tengah lalu-lalang dan silih bergantinya keluar masuk para santri dan wali murid, di sana ada beberapa meja yang rapi tertata. Di atasnya terhampar beberapa barang kebutuhan pokok (sembako) baik berupa makanan, buah-buahan, sayuran, ikan, susu, daging dan berbagai macam makanan matang (siap makan).

Namun ternyata, itu bukanlah sebuah pasar tiban, atau tempat pameran barang-barang, bukan pula tempat warga mengumpulkan barang-barang koleksi atau tempat masyarakat bertransaksi jual-beli. Warga pesantren menyebut tempat itu dengan nama “Warung Sedekah”. Bagi warga yang membutuhkan bahan makanan, mereka bisa mengambil sedekah itu sesuai dengan keperluan, tanpa ada pembatasan, tanpa harus membayar, pun juga tidak perlu mendaftar ataupun mengantri. Siapapun yang membutuhkan, bisa mengambil sesuai kebutuhan dan persediaan.

Ya, Warung Sedekah adalah tempat bagi para warga pesantren yang ingin berderma bahan makanan, diperuntukkan bagi warga yang memerlukan. Mereka menaruh barang-barang yang akan disedekahkan, ditata dalam beberapa meja, dikelompokkan menurut jenisnya, dan terbungkus rapi dalam beberapa ukuran sesuai keperluan. Niat mereka hanya satu, melalui sedekah yang mereka lakukan, semoga Allah melimpahkan berkah, meski di tengah wabah dan musibah.

Pesantren Al-Fatah sendiri merupakan lembaga pendidikan yang langsung bersentuhan dengan warga (terintegrasi dengan masyarakat). Lokasinya berada di tengah-tengah permukiman warga, tanpa ada pagar dan pembatas antara gedung sekolah dan warga sekitar. Di sana, warga masyarakat menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran dan pengawasan. Justru para warga itulah yang menjadi pagar, sekaligus pengawas bagi para santri. Warga sekitar menjadi partner dan role model dalam menanamkan dan menerapkan ilmu dan akhlaq terpuji, membangun peradaban menuju masyarakat madani.

Imaam Yakhsyallah Mansur selaku inisiator warung sedekah itu mengatakan kepada MINA bahwa beliau menyadari akan beratnya beban dan tugas yang ia emban sebagai khadimul ummah (pelayan ummat). Imaam merasa bertanggung jawab memastikan terpenuhinya kebutuhan ummatnya atas urusan dunia maupun akhirat, terutama dalam bidang pangan, pendidikan dan kesehatan. Itulah yang mendasari beliau membuat warung sedekah sebagai bentuk santunan kepada ummat dalam bidang pangan.

Sebagaimana Sayyidina Umar bin Khattab, saat beliau menjadi pemimpin ummat (Amirul Mikmunin), baliau sering yang berjalan menembus kegelapan malam, menyusuri lorong-lorong dan gang kecil, tanpa peduli dengan dinginnya kabut dini hari, demi mengetahui secara langsung apakah ada di antara ummatnya yang kekurangan makan, atau sedang menanggung beban derita lainnya. Jangan-jangan, ada kesalahan dalam kebijakan yang ia putuskan sehingga membuat rakyatnya sengsara dan menanggung beban derita.

Maka, mengingat besarnya tanggung jawab itu, sebagai wujud kepedulian kepada ummat, dengan segala keterbatasan dan kelemahannya, Imaam Yakhsyallah mengajak kepada para ikhwan, khususnya warga pesantren yang memiliki kelapangan, kiranya bisa berbagi kepada para tetangga dan saudaranya yang membutuhkan, namun mereka malu untuk mengutarakan.

Imaam sadar bahwa tugas berat dalam melayani ummat tidak mungkin dapat dipikul seorang diri, maka bantuan dari para warga lainnya dalam menyantuni mereka yang memerlukan menjadi sebuah keniscayaan demi tercapainya kesejahteraan, setidaknya jangan sampai ada warga yang dapurnya tidak mengepul karena tidak ada bahan yang hendak dimasak hari itu.

Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu akan banyak warga masyarakat yang membutuhkan. Saat pekerjaan semakin sulit, krisis ekonomi semakin rumit, banyak warga yang jatuh sakit, maka inilah saatnya kita semua berlomba untuk berderma, membantu sesama warga meringankan beban mereka, Semoga rahmat, kasih sayang dan keberkahan senantiasa Allah curahkan kepada bangsa Indonesia dan ummat manusia semuanya. “Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama mereka mau menlong saudaranya,” papar Imaam Yakhsyallah.

Lebih lanjut, Imaam menyampaikan, bisa saja orang tidak punya gaji, namun Allah pasti akan tetap memberinya rizki, selama ia mau berusaha dan terus berdoa. Banyak orang yang terkena PHK, namun bagi Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia tidak kurang-kurang jalannya. Meski hidup ini terasa pahit, namun bagi Allah, untuk menolong hamba-Nya, tiada kata sulit.

“Maka dengan keyakinan dan kepasrahan total dan penuh kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang, hendaklah setiap Muslim tidak berputus asa terhadap karunia dan rahmat Allah Subahanahu wa Ta’ala,” lanjutnya.

Berbagi tidak mengurangi rizki, berderma tidak akan melenyapkan harta, bersedekah justru membuat rizki menjadi berkah, jadi miskin nggak mungkin, karena Allah sudah menjamin, peduli kepada sesama merupakan bukti keimanan kita.

Imaam Yakhsyallah berharap keberadaan Warung Sedekah itu tidak hanya ada di Pesantren saja, tetapi bisa merata di beberapa tempat lainnya sehingga warga bisa merasakan manfaat dan keberkahan melalui sedekah. “ Kita berazam, setelah berjalan lancar dan sukses di tempat ini, kita akan coba buka di tempat lain. Kita mulai dari lingkungan sekitar kita,” tambahnya.

Sementara itu, Dede Anwar selaku yang mendapat amanah untuk menjaga Warung Sedekah tersebut mengatakan, dirinya merasa sangat senang, melihat para warga masyarakat berduyun-duyun datang dengan membawa barang-barang yang hendak disedekahkan. Setiap pagi, ia menerima dan mendata barang-barang sedekah, kemudian memastikan agar dalam proses distribusi bisa tertib dan semua merasa nyaman, tanpa ada yang merasa dipermalukan, atau dikecewakan.

Sepekan sudah program itu berjalan, semakin banyak warga yang datang memberikan bantuan. Hal itu dapat terlihat dari semakin banyaknya barang-barang yang ia terima untuk disedekahkan. Petugas Penerima Sedekah memastikan, siapa saja yang memerlukan boleh mengambilnya, tidak terkecuali masyarakat sekitar yang tinggal di luar pesantren.

Semoga dengan adanya Warung Sedekah, dapat meringankan beban masyarakat kalangan bawah, menjadi salah satu solusi bagi mereka yang secara finansial bermasalah, kiranya Allah turunkan berkah, kepada masyarakat kiranya menjadi nyaman menjalankan ibadah, terus bisa istiqomah, dan menjadi amal shaleh sebagai bekal hidup di Yaumil Qiyamah. Aamiin Ya Rabbal Alamiin. (A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)