Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَّبَذَهُ فَرِيقٌ مِّنْهُم بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (البقرة [٢]: ١٠٠)
Baca Juga: Pentingnya Propaganda Perjuangan Palestina, Pelajaran dari Bangsa Indonesia
“Apakah setiap kali mereka mengadakan perjanjian, segolongan dari mereka melanggarnya? Bahkan kebanyakan dari mereka tidak beriman.” (QS Al-Baqarah [2]: 100)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, Allah Ta’ala mencela sifat buruk sebagian Bani Israil yang sering melanggar perjanjian yang telah mereka buat. Ayat di atas menunjukkan kebiasaan mereka yang tidak konsisten terhadap janji mereka, baik perjanjian dengan Allah, para nabi, maupun sesama manusia.
Pelanggaran atas perjanjian yang mereka buat sendiri itu terjadi karena lemahnya iman mereka dan kecenderungan menuruti hawa nafsu.
Imam Al-Qurthubi Rahimahullah menjelaskan, bahwa ayat ini mengabarkan sifat kebohongan dan pengkhianatan Bani Israil sejak zaman Nabi Musa hingga zaman Rasulullah Muhammad Sahallallahu alaihi Wasallam. Sikap ini bukan hanya sifat individu, tetapi menjadi karakter kolektif sebagian besar dari mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam akhir ayat: “Bahkan kebanyakan dari mereka tidak beriman.”
Baca Juga: Fatwa MUI: Umat Islam Indonesia Wajib Mendukung Perjuangan Palestina
Sementara Imam Ibnu Asyur Rahimahullah menambahkan bahwa pelanggaran perjanjian yang dilakukan Bani Israil ketika mereka merasa tidak diuntungkan atau saat perjanjian itu, atau tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka.
Ketika ada kesempatan untuk berbuat curang, atau ada peluang mereka mendapat keuntungan duniawi, maka mereka tidak segan-segan melanggar perjanjian, mengkhianati kesepakatan, meskipun terdapat korban dari kalangan mereka sendiri.
Hemat penulis, ayat di atas relevan dengan situasi di Gaza, Palestina saat ini, terutama dalam konteks pelanggaran kesepakatan gencatan senjata. Sejarah menunjukkan bahwa pihak Israel sering kali melanggar gencatan senjata, perjanjian damai dan berbagai perjanjian lainnya yang telah disepakati.
Hal itu sesuai dengan karakter yang disebutkan dalam ayat tersebut, yaitu kebiasaan melanggar janji demi keuntungan duniawi, meskipun tardapat kerugian dari sebagian kalangan mereka sendiri, tetapi mereka rela mengorbankan kelompoknya demi memuaskan hawa nafsunya.
Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Dalam beberapa peristiwa gencatan senjata sebelumnya, Israel kerap kali menggunakan waktu jeda untuk menguatkan posisinya atau melakukan serangan mendadak. Situasi ini mengindikasikan bahwa komitmen terhadap kesepakatan sering kali hanya dipegang selama sesuai dengan kepentingan mereka.
Ayat di atas mengingatkan umat Islam untuk selalu waspada terhadap sifat buruk Yahudi. Dalam konteks gencatan senjata Palestina-Israel, umat Islam harus terus mendukung diplomasi yang adil sekaligus bersiap menghadapi kemungkinan pelanggaran, mengingat sejarah panjang Israel yang sering mengingkari kesepakatan.
Janji-janji yang dilanggar Yahudi
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan beberapa perjanjian yang dibuat oleh kaum Yahudi dan bagaimana mereka melanggarnya. Perjanjian-perjanjian tersebut mencerminkan betapa buruknya sifat-sifat Yahudi, sehingga perjanjian dengan Allah Ta’ala, Dzat Yang menciptakan mereka diingkari juga.
Baca Juga: Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi
Pelanggaran terhadap perjanjian-perjanjian disebutkan dan Al-Qur’an agar menjadi peringatan dan pelajaran bagi kaum Muslimin. Peringatan itu menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin agar berhati-hati dan waspada terhadap kaum Yahudi. Jangan sampai kaum Muslimin percaya begitu saja sehingga terjebak dalam tipu daya mereka.
Dalam catatan sejarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus puluhan, bahkan ratusan nabi sekaligus rasul kepada kaum Yahudi Bani Israel. Para rasul dari kalangan mereka sendiri antara lain: Nabi Yaqub, Yusuf, Musa, Harun, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, hingga Isa Alaihimus Salam.
Namun, sebagian besar Bani Israel mendustakan para nabi dan rasul yang diutus untuk mereka. Ajaran tauhidnya dicampakkan, syariat-syariatnya tidak dihiraukan dan mereka mengikuti kehendak nafsunya sendiri. Bahkan mereka membunuhi para nabi dan rasul tersebut.
Dalam Tafsir Jalalain dinukilkan sebuah hadits, pernah dalam satu hari, Kaum Yahudi membunuh 70 nabi, lalu mereka mengadakan pasar di sore hari, seolah-olah mereka tidak berbuat kesalahan apapun.
Baca Juga: Mewaspadai Palestine Washing
Al-Qur’an menceritakan kisah-kisah pelanggaran mereka, mulai dari Yahudi di zaman Nabi Musa Alaihi Salam yang diutus dan diberi mukjizat untuk menyelamatkan mereka dari penindasan Fir’aun dan bala tentaranya. Ketika ditinggal Nabi Musa Alaihi Salam untuk menerima wahyu Allah Ta’ala (The Ten Commandements), mereka berbuat syirik dengan menyembah patung anak sapi. (QS Al-Baqarah [2]: 51-54, QS Al-A’raf [7]: 148-156 dan QS Taha [20]: 83-98).
Demikian pula kepada nabi dan rasul setelah Musa Alaihi Salam, mereka membangkang perintah-perintahnya, menolak ajarannya, bahkan bersekongkol untuk membunuh mereka.
Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, kaum Yahudi membuat perjanjian dengan beliau, namun mereka melanggarnya. Mereka juga berulang kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, namun selalu gagal.
Puncaknya adalah pada perang Ahzab (perang Khandaq) yang terjadi pada tahun ke-5 H. Kaum Yahudi memprovokasi suku-suku Arab untuk bersekongkol memerangi kaum Muslimin di Madinah dan membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ketika pengkhianatan itu terbongkar, mereka diusir dari Madinah dan tidak kembali lagi untuk selamanya.
Baca Juga: Ini Keistimewaan Bulan Sya’ban, Nasihat dan Amalan Rasulullah SAW yang Sayang Dilewatkan
Hingga saat ini, mereka tetap dengan watak dan sifat buruknya, yakni suka melanggar janji-janji yang telah mereka sepakati. Dari resolusi-resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB (UN Security Council) total sudah 188 resolusi tentang Israel-Palestina, semuanya diabaikan oleh Zionis.
Perjanjian Oslo (1993 dan 1995), Camp David (2000), Road Map for Piece (2003), Gencatan Senjata Gaza (2008, 2012, 2014, 2021) dan sederet kesepakatan lainnya tidak ada yang dipatuhi penjajah Zionis Israel.
Perjanjian gencatan senjata terbaru, 19 Januari 2025 lalu pun tidak ada jaminan mereka kan mematuhinya. Jika resolusi PBB dan Putusan Mahkamah Internasional (ICJ) saja tidak mereka patuhi, apatah lagi dengan hanya perjanjian gencatan senjata dengan para pejuang Palestina.
Zionis Israel dengan berbagai alasan menuntut pihak dan negara lain mematuhi resolusi, sementara mereka sendiri mengabaikannya.
Baca Juga: Gus Baha Ungkap Keterbatasan Manusia Sekaligus Menjadi Kelebihannya
Menyikapi Pelanggaran Zionis Yahudi
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِن يُرِيدُوٓا۟ أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ ٱللَّهُ ۚ هُوَ ٱلَّذِىٓ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِۦ وَبِٱلْمُؤْمِنِينَ (٦٢) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌۭ (٦٣) يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ حَسْبُكَ ٱللَّهُ وَمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ (٦٤) (الانفال [٨]: ٦٢ــ٦٤)
(62) “Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang menguatkanmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.”
(63) “Dan Dia yang mempersatukan hati mereka (orang-orang mukmin). Sekiranya kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Baca Juga: Tingkatkan Amalan di Bulan Syaban, untuk Persiapan Ramadhan
(64) “Wahai Nabi, cukuplah Allah bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.”
Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, bahwa jika musuh-musuh Islam mencoba menipu melalui pelanggaran gencatan senjata dan perjanjian yang telah disepakati, maka Allah Ta’ala mengingatkan bahwa Dia akan melindungi mereka (kaum Muslimin).
Namun, perlindungan dan pertolongan Allah Ta’ala tidak serta-merta turun dari langit, melainkan dengan terjalinnya persatuan umat dan kuatnya persaudaraan (ukhuwah) di antara sesama kaum Muslimin.
Persatuan dapat terwujud dengan izin dan kehendak Allah Ta’ala dan usaha maksimal dari Kaum Muslimin sendiri. Persatuan adalah nikmat yang sangat besar, diberikan kepada kaum Muslimin karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Baca Juga: Jika Masuk Bulan Sya’ban, Ini yang Perlu Dilakukan Kaum Muslimin
Maka, umat Islam hendaknya bertawakkal penuh kepada Allah Ta’ala. Cukuplah Allah Ta’ala sebagai pelindung dan penolong dari segala tipu daya dan makar dari musuh-musuh kaum Muslimin.
Menyikapi Gencatan Senjata 19 Januari 2025
Perjanjian gencatan senjata yang baru saja disepakati menjadi hal yang penting, sekaligus genting bagi Palestina dan pihak-pihak yang peduli dengan isu kejahatan kemanusiaan dan genosida di Gaza.
Antara optimisme dan pesimisme, Zionis Israel bisa saja mematuhinya, atau akan melanggarnya dengan terus melakukan kejahatan kemanusiaan di Gaza dengan berbagai alibi yang akan dipropagandakannya.
Baca Juga: Rasulullah Teladan Terbaik Dalam Segala Aspek Kehidupan
Menyikapi gencatan senjata di Gaza memerlukan keseimbangan antara harapan dan kewaspadaan. Optimisme harus dimanfaatkan untuk mendorong upaya diplomasi dan bantuan kemanusiaan. Sementara pesimisme menjadi pengingat akan tantangan besar dalam menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Langkah konkret seperti memperkuat pengawasan, mendukung bantuan kemanusiaan, dan mendorong negosiasi lebih lanjut adalah cara terbaik untuk memastikan gencatan senjata bukan sekadar jeda sementara, tetapi menjadi pijakan menuju solusi yang permanen untuk pembebasan Masjidil Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
Rusaknya perjanjian dengan Zionis Israel menunjukkan kegagalan mekanisme internasional dalam menyelesaikan krisis Gaza dan penjajahan yang terus berkelanjutan. Maka, untuk mencegah hal tersebut terjadi, perlu ada penegakan hukum yang tegas, tekanan diplomatik yang konsisten, dan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan perjanjian yang telah disepakati, khususnya pada 19 Januari 2025 lalu.
Hanya melalui langkah kolektif dan komitmen yang tulus dari komunitas internasional, harapan perdamaian yang adil dan berkelanjutan dapat terwujud.
Masyarakat internasional, terutama para pemimpin Timur Tengah seharusnya sadar bahwa Zionis akan selalu melanggar perjanjian. Perlu berapa perjanjian lagi yang harus dibuat dan siapakah yang dapat menjamin Zionis tidak akan melanggar lagi?
Maka, Dunia Islam perlu bersatu (berjama’ah) untuk membela rakyat Palestina dan melindungi hak-hak mereka. Dengan kesatuan itu, Dunia Islam akan disegani lawan-lawannya, termasuk oleh Zionis Israel dan sekutunya yang selama ini terus mendukung kejahatan dan penjajahannya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melindungi umat Islam dari pelanggaran perjanjian Zionis Israel. Semoga Yahudi Zionis segera meninggalkan bumi Palestina, sebagaimana kaum Yahudi Bani Nadhir yang meninggalkan Madinah karena melanggar perjanjian damai dengan Rasululullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
والله أعلمُ بالـصـواب
Mi’raj News Agency (MINA)