Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Black Eagle, Pesawat Nirawak yang Diperuntukkan Jaga Kedaulatan NKRI

sri astuti - Selasa, 31 Desember 2019 - 15:07 WIB

Selasa, 31 Desember 2019 - 15:07 WIB

5 Views

Bandung, MINA – Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE), Black Eagel, merupakan wahana udara inisiasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan sejak tahun 2015 lalu yang diperuntukkan membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara.

Pesawat yang mampu terbang selama 24 jam dengan ketinggian jelajah 3000-6000 meter itu merupakan wahana yang sangat diperlukan Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien, seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing di Indonesia, demikian keterangan tertulis yang diterima MINA pada Selasa (31/12).

Hammam Riza, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mewakili Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyampaikan apresiasi atas semua upaya dan kerja keras para engineers yang terlibat dalam konsorsium PUNA MALE.

Ia mengungkapkan, untuk itu Menristek/KaBRIN dengan bangga menamai PUNA MALE ini dengan Black Eagle.

Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo

Lebih lanjut Hammam juga mengharapkan, inovasi-inovasi teknologi pertahanan terkini terus didukung oleh industri nasional, sehingga mampu memenuhi kebutuhan industri Pertahanan dan Keamanan (hankam) sekaligus mengurangi impor.

“Diharapkan dengan kemandirian ini maka PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan squadron TNI AU, untuk dapat membantu mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara, serta mendukung pembangunan industri hankam di Indonesia,” ujarnya.

Program PUNA MALE sendiri terdiri dari tiga bagian besar yaitu, Pengembangan Platform, Pengembangan Flight Control System, serta Pengembangan Weapon System.

Pada tahun 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, BPPT, TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri.

Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah

Di tahun 2019, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.

Integrasi sistem senjata pada prototype PUNA MALE mulai dilakukan tahun 2020 dan diproyeksikan sudah mendapat sertifikasi tipe produk militer pada tahun 2023. (R/Ast/P1

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia