BNPB dan MIT Urban Risk Lab Luncurkan Platform PetaBencana.id untuk Antisipasi Banjir

Foto: BNPB

Jakarta, 4 Jumadil Awwal 1438/1 Februari 2017 (MINA) – Untuk menghadapi potensi ancaman banjir pada musim hujan yang tinggi di awal 2017, dan Urban Risk Lab meluncurkan platform . Platform ini memuat peta kebencanaan yang gratis dan open source.

Pengguna dapat mengunjungi http://www.petabencana.id/ untuk mengakses informasi banjir terkini di wilayah Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Di samping itu, pengguna juga dapat secara aktif melaporkan keadaan banjir di wilayahnya secara realtime. Namun laporan tersebut akan diverifikasi dan disebarkan secara langsung melalui peta publik, laman BNPB melaporkan, Rabu (1/2), yang dikutip MINA.

Pengguna media sosial dan aplikasi pesan instan kini dapat melaporkan situasi banjir di sekitar dengan mudah. Pengguna Twitter cukum mengirim tweet ke @petabencana dengan #banjir dan BencanaBot akan otomatis memandu pengguna untuk mengisi laporan. Pengguna Telegram juga dengan mudah untuk melaporkan banjir dengan mengirim pesan “*/banjir*” ke @BencanaBot, yang akan membantu pengguna membuat laporan. Pengguna dapat menambahkan deskripsi, foto, tinggi banjir dan detail lokasi dalam laporan.

PetaBencana.id tidak hanya mengumpulkan laporan hasil crowdsourcing dari media digital tetapi juga informasi terkait infrastruktur bencana. Peta dapat juga menampilkan tinggi muka air di pintu air dan lokasi pompa terdekat sebagai layer, sebagai gambaran lebih menyeluruh tentang situasi banjir.

PetaBencana adalah satu-satunya platform yang dapat mengintegrasikan berbagai kanal media sosial yang populer. Selain Twitter dan Telegram, saat ini kami bekerja sama dengan Qlue, PasangMata detik.com, Z-alert dan mitra lain,” kata Dr. , Co-Director PetaBencana.id dan Peneliti MIT Urban Risk Lab.

“Pengguna dapat melapor seperti biasa melalui aplikasi pilihan mereka dan informasi tersebut dapat langsung diintegrasikan ke dalam peta.”

Etienne menambahkan bahwa pihaknya mengundang aplikasi-aplikasi atau kanal lain untuk berbagi informasi dengan PetaBencana.id.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB mengatakan bahwa penanggulangan bencana membutuhkan upaya secara cepat. Keterlibatan masyarakat sangat penting hadir dalam upaya tersebut.

“Di sisi lain, saat ini kekuatan media sosial sangat berkembang pesat. Sejalan dengan perkembangan media sosial dan teknologi digital, BNPB dan MIT mengembangkan platform pertama di dunia yang melibatkan masyarakat secara realtime dan masyarakat juga sekaligus dapat mengakses informasi kebencanaan tersebut.”

“Target pengguna media sosial dan digital untuk PetaBencana.id ini adalah 50 juta jiwa, yaitu di Jabodetabek 31 juta jiwa, Kota Surabaya 10 juta dan Kota Bandung 9 juta. “

“Ke depan, kami akan mengembangkan platform untuk bencana lain, seperti erupsi gunungapi dan gempabumi.”

Dengan berbagi informasi bencana, warga dapat menolong satu sama lain untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi terkini. Warga dapat juga membantu instansi berwenang dalam penangana bencana, termasuk BNPB, BPBD dan stakeholder untuk penangan bencana yang efektif dan efisien.

Pengembangan platform ini sebagai bagian dari proyek InAWARE Disaster Management Early Warning and Decision Support Capacity Enhancement within Indonesia’s BNPB and BPBD (fase II). Sebuah proyek yang didukung oleh USAID dan Pacific Disaster Center (PDC) dan Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT).

Studi awal PetaBencana.id yang dikenal dengan PetaJakarta.org menyediakan peta banjir realtime untuk warga Jakarta dan instansi pemerintah. Selama kejadian banjir di Februari 2016, peta ini digunakan lebih dari 30.000 warga.

Sejak dibuka untuk publik sebagai platform terbuka pada Desember 2014, PetaJakarta.org telah menerima lebih dari 150.000 laporan. Seluruh akses platform PetaJakarta.org akan dialihkan ke sistem PetaBencana.id, yang akan menyediakan layanan untuk lebih dari 50 juta penduduk di tiga kota besar di Indonesia.

(R-11/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)