Chittagong, Bangladesh, 18 Jumadil Awal 1438/15 Februari 2017 (MINA) – Bongkar muat barang bantuan Food Flotilla fot Myanmar (FFfM) di Pelabuhan Chittagong, Bangladesh, masih terus berlangsung sampai Rabu tengah malam.
Kepulangan relawan yang direncakan pada Rabu, (15/2) pagi terpaksa harus tertunda disebabkan masih banyaknya barang bantuan yang ada di atas kapal Nautical Aliya.
Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) yang juga relawan Aqsa Working Group (AWG) Jamaah Muslimin (Hizbullah), Nurhadis melaporkan, hingga Rabu (15/2) malam pukul 23.30 Waktu Bangladesh, relawan bersama kru kapal juga fihak International Organitation of Migration (IOM) yang diserahkan wewenang untuk menyalurkan bantuan masih terus bekerja.
“Kami relawan bersama kru kapal masih terus turunkan barang bantuan, petugas operator krane yang hanya satu membuat dia bekerja full time,” katanya.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Lebih lanjut, lapornya, petugas operator bernama Jhoni harus menahan kantuknya dua hari dua malam ini belum tidur untuk menyegerakan barang bantuan ini tersalur secepatnya.
Kapal juga sempat diminta fihak otoritas pelabuhan untuk bergeser ke sisi lain dermaga pelabuhan sepanjang 20 km ini disebabkan jadwal bongkar muat sudah habis dan kapal lain akan masuk.
Jika bongkar muat selesai malam ini, kemungkinan Nautical Aliya akan mulai berlayar pulang ke Malaysia pada siang hari esok, Kamis (16/2) menunggu waktu air pasang untuk keluar ke laut lepas.
Tercatat sejumlah 2.300 ton barang bantuan untuk pengungsi Rohingya yang disalurkan di kamp-kamp pengungsian di negara Bangladesh.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Sebelumnya pemerintah Malaysia dengan Bangladesh sepakat akan menyerahkan pembagian bantuan ini melalui IOM dan Palang Merah Internasional.
Pemerintah Bangladesh pun hanya mengizinkan 25 orang untuk turun dari kapal terdiri dari 10 orang relawan dan 15 orang awak media Malaysia.
Beberapa relawan asal luar Malaysia yang sudah mengurus visa di negaranya pun tidak diizinkan masuk ke Bangladesh.
Beberapa relawan mengungkapkan kekecewaan terhadap Pemerintah Bangladesh yang tidak kooperatif terhadap misi kemanusiaan yang hakikatnya sebagaimana disampaikan Kepala Misi FFfM, Datuk Seri Aziz, ini merupakan upaya membantu Bangladesh dalam mengatasi krisis pengungsi Rohingya di negara itu. (L/B01/P1).
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).