Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Muhasahab atau evaluasi yang dilakukan seseorang, organisasi atau sebuah jamaah gerakan dakwah bahkan perusahaan, harus menghasilkan manfaat yang besar dan luas sehingga akan menjadikan langkah ke depan menjadi lebih baik lagi.
Bagi seorang muslim, muhasabah bukan hanya dilakukan di akhir tahun dan menjelang tahun baru. Tapi muhasabah bagi seorang muslim adalah aktivitas seumur hidup. Selama hayatnya masih dikandung badan, maka selama itu pula dia harus meluangkan waktunya untuk bermuhasabah.
Seorang muslim, harus melakukan muhasabah atas segala perkataan dan perbuatannya. Muhasabah yang dilakukan tentu saja harus benar sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya, sungguh-sungguh dan kontinyu. Dengan begitu, muhasabahnya akan membuahkan hasil yang menguntungkannya, di dunia hingga akhirat kelak.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berkata, ”Seorang hamba senantiasa baik selagi dia memiliki penasehat dari dirinya sendiri dan selalu melakukan muhasabah.”
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid, di antara buah-buah muhasabah terhadap diri sendiri antara lain sebagai berikut.
Pertama, meringankan hisab di hari kiamat. Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu yang telah kami singgung pada khutbah yang pertama tadi. Namun di sini perlu kami tambahkan sebuah hikmah dari salah seorang ulama Salaf yaitu Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah dalam masalah ini.
Beliau berkata, ”Seorang Mukmin menghisab dirinya sendiri dan mengetahui bahwa dirinya akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala. Sedangkan orang Munafik itu lalai terhadap dirinya sendiri. Semoga Allah merahmati seorang hamba yang meneliti dirinya sendiri sebelum turunnya malaikat maut kepadanya.” [Tarikh Baghdad: 4/184]
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Kedua, benar-benar mengenal petunjuk dan kukuh di atasnya. Imam Al-Baidhawi rahimahullah berkata, ”Benar-benar mengenal petunjuk dan kukuh di atasnya hanya terjadi dengan mencurahkan pikiran dan terus menerus mengkaji hujah-hujah yang ada dan disiplin dalam mengevaluasi diri dalam masalah amal.”
Ketiga, obat penyakit hati. Karena penyakit hati itu tidak mungkin dihilangkan dan diterapi kecuali dengan muhasabah terhadap diri sendiri dan menyelisihi penyakit hati tersebut. Hancurnya hati adalah karena mengabaikan muhasabah diri dan mengikuti hawa nafsu.
Orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan berbagai angan.
Dia selalu mengikuti kecenderungan dirinya dan pergi kemana yang dinginkannya sehingga hatinya menjadi rusak karenanya. Menyelisihi hawa nafsu adalah jalan kebaikan hati dan obat penyakit hati.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Keempat, menyingkap keburukan dan kekurangan jiwa dan tidak tertipu dengan amal dan tidak takabur. Sungguh, kapan saja seseorang itu mengevaluasi dirinya, dia akan mendapati aib-aibnya. Kapan saja dia mendapati aib-aibnya dia tidak akan tertipu denga amal-amal shalih yang sedang dia kerjakan.
Bahkan dia berharap kepada Allah agar menerima amal – amal darinya tersebut yang disertai dengan kekurangan di dalamnya.
Abdul Aziz bin Abi Rawwad rahimahullah berkata, ”Tidaklah aku memasuki suatu amal kebaikan kemudian aku keluar darinya lalu aku melakukan muhasabah diri kecuali aku dapati bagian setan di dalamnnya lebih banyak daripada bagian Allah Ta’ala.”
Kelima, jadi masksimal memanfaatkan waktu. Sesungguhnya muhasabah diri itu akan menjadikan orang-orang memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Imam Ibnu Asakir rahimahullah berkata, ”Abul Fath Nashr bin Ibrahim Al-Maqdisi itu dahulu biasa melakukan muhasabah diri pada setiap hembusan nafasnya. Dia tidak membiarkan waktu berlalu dari dirinya tanpa ada faedah, baik dengan menyalin, mempelajari atau membaca.”
Bagaimana dengan kita? Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing diri ini ke jalan yang diridhai-Nya. Semoga kita semua kaum muslimin diberi kekuatan untuk selalu bermuhasabah atas setiap kata dan perbuatan yang kita lakukan sehari-hari.(A/RS3/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman