Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Seorang Mukmin adalah Khalifatullah (wakil) Allah di muka bumi ini. Keberadaannya akan selalu menebar energi positif sebagai wujud dari Islam rahmatan lil alamin. Karena itu, di mana pun seorang Mukmin berada, ia akan senantiasa menebar cahaya positif, tak terkecuali di lingkungan yang tidak baik sekali pun. Itulah Mukmin sejati, yang tugasnya di muka bumi sebagai pelanjut pembawa risalah kenabian.
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Al-Zalzalah [99] ayat 7-8)
“Kebaikan akan berbalas kebaikan, keburukan akan berbalas keburukan.”
Betapa Allah telah mengingatkan kita untuk selalu berpikir dan berbuat positif (kebaikan) dan memancarkan kebaikan itu kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, hasilnya, orang-orang di sekitar kita atau alam semesta akan memberikan pula kebaikannya kepada kita. Kebaikan dibalas kebaikan.
Jauh-jauh sebelum masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan kepada Bani Israil untuk menebarkan perilaku positif.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Dalam firman-Nya Allah memberitakan kepada munusia terkemudian:
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَانً۬ا وَذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰڪِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنً۬ا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنڪُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Qs. Al-Baqarah [2] ayat 83)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menganjurkan kita supaya berlomba-lomba menebarkan kebaikan (fastabiqul-khairat). Allah sangat melarang kita berbuat kekasaran (sayyiat) dan kerusakan (fasad).
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Kepada orang yang selalu berbuat jahat, kita pun dianjurkan untuk tetap bersikap baik kepadanya. Mislanya, kita diperintahkan melawan kejahatan dengan cara yang lebih baik.
ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُ ٱلسَّيِّئَةَۚ نَحۡنُ أَعۡلَمُ بِمَا يَصِفُونَ
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik, Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Qs. Al-Mukminun [23] ayat 96)
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
وَلَا تَسۡتَوِى ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُ ۥ عَدَٲوَةٌ۬ كَأَنَّهُ ۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ۬
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah [kejahatan itu] dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Qs. Fushshilat [41] ayat 34)
Ada pula perintah Allah kepada kita untuk berdebat dengan cara yang baik.
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَـٰدِلۡهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦۖ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An-Nahl [16] ayat 125)
Di setiap detik dalam kehidupan, kita diarahkan untuk memancarkan cahaya kebaikan dan merembetkan getaran kebajikan ke alam semesta (manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan).
Demikian pula dalam menghadapi kehidupan yang bagi kebanyakan manusia menilai hidup ini penuh kesulitan, terlebih untuk meraih sukses. Allah sejak awal telah memberi sugesti positif kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya.
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu [kembali setelah] dibangkitkan.” (Qs. Al-Mulk [67] ayat 15)
Allah menegaskan bahwa bumi yang Dia ciptakan untuk manusia ini, mudah untuk dijelajahi.
Jadi, sulit ataukah mudahnya menjalani hidup, kembali kepada bagaimana seorang Mukmin itu berpikir, positif atau negatif. (P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti