Daripada ‘Pokemon’ Lebih Baik ‘Pake-iman’

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Demam permainan game generasi baru GO yang diluncurkan bulan Juli 2016 atau lebaran kemarin melalui perangkat telepon seluler, mulai mewabah di kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa.

Di antaranya mewabah hingga ke sejumlah destinasi wisata Indonesia yang ramai didatangi para pemburu Pokemon, seperti terlihat di Tugu Monas, Patung Kuda, dan Gedung Balaikota Jakarta.

Terkait itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasinya dengan nada gembira, dan menurutnya itu kreasi yang sangat bagus untuk destinasi wisata.

Bahkan ia mengimbau kepada sejumlah pengelola tempat wisata untuk memberikan hadiah bagi para pemain Pokemon.

“Saya mengerti akan kekhawatiran masyarakat yang menganggap permainan ini sebagai suatu hal yang berpengaruh buruk. Yang benar ya diarahkan, nyari destinasi wisata,” saran Menteri Arief.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Monas Sabdo Kristianto sendiri seperti katanya kepada Tempo mengatakan, fenomena Pokemon ini mulai menyerang Monas sejak 6 Juli 2016, saat game dirilis. Awalnya ia kaget karena banyak orang datang sambil menunduk ke arah ponsel. “Kebanyakan dari mereka berkelompok,” ucapnya.

Ia mengatakan tak akan melarang aktivitas ini. Namun ia selalu mengingatkan agar perburuan Pokemon jangan sampai merusak kenyamanan pengunjung lain di Monas. Larangan menggunakan kendaraan untuk mencari Pokemon dan larangan menginjak rumput, kata dia, selalu diumumkan.

Gubernur DKI Jakarta ‎Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sendiri mengizinkan siapa saja berburu Pokemon di Balai Kota Jakarta.

Hiburan dan Larangan

Ada hiburan tersendiri bagi pemburu monster Pokemon. Ini kata dopir Ojek Online ketika membawa penumpang, yang memintanya berkendara tak tentu arah. Ia bahkan mengaku diminta mengantar hingga pintu tol, hingga berhenti di dekat tong sampah, liputan Solopos.

Menurut kajian Direktur Media Psychology Research Center di California, Amerika Serikat, Pamela Rutledge, seperti dalam Liputan6, mengatakan Pokemon GO merupakan alternatif hiburan bagi masyarakat modern untuk pergi ke luar ruangan, sambil melakukan sesuatu dengan cara terukur dan berkompetensi.

Menurutnya, mulai banyak kemudian orang-orang ke luar ruang kerja pergi ke taman misalnya atau  arena car free day untuk bermain Pokemon bersama.

“Secara psikologis game ini mendorong orang-orang aktif bergerak. Studi menemukan, aktif bergerak meningkatkan suasana hati jadi lebih senang,” paparnya.

Sayangnya lanjutnyam game ini bisa membuat seseorang jadi terlalu fokus tertuju hanya pada layar ponselnya, sehingga bisa membuatnya tersandung jatuh, terserempet, atau hal buruk lainnya.

Tentu saja, sang pemburunya akhirnya hanya mengkerdilkan dirinya sendiri. Ia tidak lagi menikmati keindahan alam sekitarnya, lalu lalang kendaraan di jalanan, orang-orang yang berjalan dengan berbagai ragam baju, langit yang membiru dengan awan berarak beriringan, atau mendung yang menggelayut, dan seterusnya.

Maka di pihak tertentu, permainan yang mengandalkan kamera, internet online dan Google maps, ini dilarang dimainkan.

Seperti instruksi Kapolri baru Jenderal Tito Karnavian yang mengeluarkan aturan yang melarang seluruh anggota satuannya bermain  Pokemon saat bertugas.

Hal itu menurut Kapolri seperti tertuang dalam Surat Telegram bernomor STR/533/VII/2016 dapat mengurangi kewaspadaan.

“Melarang anggota bermain Pokemon Go saat bekerja, apalagi mereka melaksanakan tugas-tugas khusus seperti pengamanan dan penjagaan tahanan,” bunyi surat tersebut, seperti dilansir Liputan6 pada Rabu (20/7/2016).

Kemudian, dalam surat tersebut juga disebutkan bahwa Pokemon Go tidak diperkenankan dimainkan di dalam Markas dan Fasilitas yang dimiliki Kepolisian. Alasannya karena permainan atau gim ini mengharuskan para pemainnya mengaktifkan GPS.

“Pokemon Go adalah permainan yang mengharuskan mengaktifkan GPS. Hal ini berbahaya bila dimainkan di lingkungan, fasilitas, dan markas kepolisian. Karena akan terekam dan apabila informasi jatuh ke orang yang tidak bertanggung jawab, bisa disalahgunakan,” ujar Kapolri Tito.

Larangan bermain di Markas dan Fasilitas ini tak hanya berlaku bagi anggota saja, melainkan bagi seluruh tamu yang datang ke kantor polisi.

Di daerah pun mulai ada pengumuman, seperti Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf yang juga melarang jajaran pegawai negeri sipil (PNS) bermain Pokemon tersebut saat jam kerja berlangsung. Jika terbukti mengabaikan akan mendapat saksi, bahkan dipecat.

Bahkan kabarnya di Tiongkok, walau permainan ini belum resmi dirilis di wilayah Asia, ada beberapa pihak yang menakutkan dapat mengancam sistem keamanan di Tiongkok.

Liputan6 juga melansir, mereka takut bila Pokemon digunakan oleh pihak Amerika Serikat untuk mengetahui di mana letak pangkalan militer Tiongkok.

Sejumlah pihak berspekulasi Pokemon GO hanyalah akal-akalan Jepang dan Amerika Serikat untuk mengetahui di mana lokasi rahasia militer dan kekuatannya.

Fatwa Ulama

Mengingat ini menyangkut masalah umat, maka beberapa ulama pun ikut angkat bicara memberikan fatwa atau arahan dari sisi syariah, agar masyarakat lebih terjaga keimanannya.

Seorang ulama, Muhammad Natsir Zubaidi, Wakil Sekretatis Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Ketua Pimpinan Pusat (PP) Dewan Masjid Indonesia, (DMI) mengatakan, bahwa permainan Pokemon Go yang sedang marak di Indonesia bisa merusak masa depan anak.

“Permainan Pokemon  dapat merusak sendi-sendi kenyamanan masyarakat dan keluarga, seperti menghabiskan waktu secara tidak produktif, sehingga mengancam masa depan anak-anak muda,” ujar Natsir pada situs resmi DMI.

Menurutnya, meskipun Pokemon belum resmi diluncurkan di Indonesia, namun sudah banyak yang memainkannya, dari anak-anak, hingga dewasa, tak ketinggalan untuk berburu pokemon.

Natsir menambahkan, salah satu dampak buruk Pokemon adalah, anak-anak dapat terjebak pada alam khayal sehingga mematikan kreativitas, intelektual, dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Sebagai bangsa yang harus membangun karakter dan kepribadian, apalagi sebagai negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka menjadi kewajiban pemerintah untuk melindungi rakyat dan seluruh komponen bangsa dari unsur-unsur yang merusak,” katanya.

Lebih jauh lagi, ulama Al-Azhar Mesir juga mengeluarkan fatwa berupa kecaman terhadap permainan ponsel Pokemon yang kini marak digemari anak-anak dan remaja Muslim.

Kepala Deputi Lembaga Islam Al-Azhar, Syaikh Abbas Shuman, mengecam permainan itu dan mengatakan sebagai “mania berbahaya”. Bahkan menurutnya, permainan itu sebanding dengan “memabukkan”.

“Game ini membuat orang terlihat seperti pemabuk di jalanan, sementara mata mereka terpaku pada layar ponsel ke lokasi Pokemon dengan harapan ia dapat menangkap itu,” kata Syaikh Shuman seperti dirilis www.rt.com.

Fatwa serupa sebelumnya juga disampaikan ulama Arab Saudi bahwa permainan kartun Jepang seperti itu telah mengganggu pikiran anak-anak, dan lebih mempromosikan proyek zionisme dan perjudian”, fatwa Saudi, menurut ABC News.

Lebih Baik Pake-Iman

Daripada berjam-jam memburu monster Pokemon di jalan-jalan, di kendaraan, di taman-taman, mendingan berburu pahala di masjid-masjid, mushalla-mushalla atau di rumah atau ruang kerja. Berburu pahala dengan membaca Al-Quran, mentadaburi isinya sebaga pedoman hidup, membaca buku-buku keislaman sebaga penambah menu rohani, menghadiri majelis-majelis ta’lim, bersilaturrahim menyambung persaudaraa, dan kegiatan kebaikan lainnya. Tentu akan lebih utama dan diutamakan bagi pribadi Muslim.

Pribadi Muslim di dalam jiwanya akan terpatri ayat, “dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 3).

Dalam uraian Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyebutkan, perbuatan atau kata-kata yang sia-sia adalah yang tidak ada faedahnya, tidak ada gunanya, tidak ada nilainya. Baik senda-gurau atau main-main yang tak ada ujung pangkalnya.

Kalau perbuatan atau tingkah laku atau perkataan sudah banyak yang percuma dan sia-sia, itu menunjukkan pribadinya memang senilai itu rendahnya.

Padahal “Demi Masa” (Wal-‘Ashri) telah mengingatkan betapa sangat berharganya waktu untuk menambah pahala, untuk menabung amal sholih, untuk mengisi timbangan kebaikan akhirat.

Ya, untuk itu, daripada kita memburu ‘Pokemon’ yang hanya mengumbar kepuasan duniawi, atau apapun jenis permainannya, perkataan atau perbuatan yang tak bernilai ibadah di sisi Allah. Maka akan lebih baik kita berburu pahala akhirat ‘Pake-Iman’ untuk kepuasan jiwa kita di dunia hingga akhirat. Yuk! (P4/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.