London, 7 Muharram 1437/20 Oktober 2015 (MINA) – Dewan Muslim Inggris (Muslim Council of Britain/MCB) menentang dan mengkritik keras kebijakan pemerintah Perdana Menteri (PM) David Cameron dalam mengatasi persoalan ekstremisme dengan menyebutnya sebagai strategi yang ‘cacat’ dan memojokkan Islam.
PM Cameron, Senin (19/10) waktu setempat, mengumumkan rencana baru untuk memerangi ekstremisme. Strategi yang dikeknal dengan “One Nation” itu memberikan kekuasaan luas kepada pemerintah untuk menyita paspor dari anak-anak muda yang berisiko bepergian ke luar negeri untuk bergabung dengan kelompok ekstremis seperti Islamic State (IS/Daesh).
Di samping itu, Cameron juga meluncurkan langkah dan upaya lebih lanjut untuk melindungi anak-anak dari upaya radikalisasi. Termasuk upaya tersebut adalah rencana menutup masjid-masjid yang dijadikan tempat pertemuan oleh para ekstremis.
“Taruhannya meningkat dan itu menuntut pendekatan baru,” kata Cameron dalam sambutannya, seperti dilaporkan The Huffington Post, sembari menegaskan, “Jadi kita memiliki sebuah pilihan, apakah kita memilih untuk menutup mata atau bertindak dan berbuat sesuatu untuk nilai-nilai Inggris kita?”
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Namun MCB menilai strategi yang diluncurkan PM Cameron tersebut ‘cacat’ dan rencana pemerintah melarang atau menjauhkan orang dari masjid sebagai hal yang bernada McCarthyist, yaitu istilah untuk menggambarkan motif tuduhan terhadap orang-orang tanpa tepat bukti untuk membuktikannya.
“Apakah masjid-masjid (seperti yang dituduhkan pemerintah PM Cameron) benar-benar ada?” ungkap organisasi Muslim terbesar di Inggris itu, mempertanyakan dan menantang Cameron, seperti dilansir di laman Independent.
Sekretaris Jenderal MCB, Dr Shuja Shafi, mempertanyakan bagaimana proposal pelarangan ekstremis dari masjid dan penggunaan internet akan diimplementasikan. Ia mengatakan strategi “One Nation” itu malah bisa menjadi kontraproduktif dan berisiko mengucilkan komunitas Muslim.
“Dengan definisi apa mereka dianggap ekstremis?” Tanya Shafi. “Kami juga mendeteksi nada McCarthyist dalam proposal untuk membuat daftar hitam dan melarang orang yang dianggap ekstremis,” ujarnya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Dia mengatakan strategi kontraterorisme tersebut didasarkan pada ‘konsepsi kabur dari nilai-nilai Inggris’ dan berisiko mengucilkan masyarakat Muslim yang tengah berjuang menghadapi pihak-pihak tertentu yang membajak nilai-nilai Islam seperti IS dan Al-Qaeda.
“Terorisme yang kita saksikan hari ini adalah sesuatu yang kita semua ingin lawan. Begitu banyak orangtua Muslim yang cemas terkait daya tarik kelompok seperti Daesh terhadap orang-orang muda,” tandasnya.
Secara terpisah, Ramadhan Foundation juga mengkritik pemerintah dan menuduh Cameron memperlakukan umat Islam ibarat ‘alien yang harus dihancurkan dari waktu ke waktu untuk keuntungan politik’ dengan strategi kontraterorisme baru yang ia usung. Lembaga itu menyebut rencana tersebut tidak akan berhasil karena mendapat dukungan kecil dari komunitas Muslim. (T/P022/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas