DI PAKISTAN, LAMPU TENAGA SURYA BAWA KESEJAHTERAAN BAGI WANITA

IINA
IINA

Islamabad, 17 Syawwal 1436/2 Agustus (IINA) – “Lentera surya telah mengubah hidup saya, Saya bisa menjahit pakaian bahkan di malam hari  mendapatkan cukup cahaya untuk membuat kedua ujung bahan pakaian bertemu,” kata janda 35 tahun dan ibu dari tiga anak ini.

Sharna Bibi baru-baru ini menjadi “Wanita Cahaya”, salah satu wanita yang dibina Buksh Foundation, sebuah organisasi non-profit di Lahore, yang telah dilatih untuk membantu menyebarkan manfaat energi surya di seluruh pedesaan Pakistan. IINA melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (2/8)

Dalam proyek yayasan Pencahayaan Juta Lives, bekerjasama dengan The Energi dan Sumber Daya Institute (TERI) di India, diajarkan bagaimana mengoperasikan dan memelihara stasiun pengisian solar di rumah mereka.

Saat matahari terbenam dan kegelapan menyelimut sebuah desa di luar Bahawalpur, Shama Bibi menyalakan lentera surya dan mulai menjahit pakaian untuk pernikahan keluarga mendatang.

Sebelum nya, di malam hari dia terpaksa berhenti bekerja. Tapi sekarang dengan akses ke bertenaga surya, Bibi bisa menjahit selama waktu yang dia perlukan.

Dua “Wanita Wanita” di setiap desa juga diberikan 50 lentera surya untuk disewakan kepada orang lain dalam komunitas mereka. Diperlukan biaya $ 5500 untuk mendirikan stasiun pengisian solar dan mengatur lentera yang didanai oleh donor.

Bibi mengatakan biaya sewa harian 4 rupee ($ 0,04) per lentera dan menghasilkan sekitar 5.500 rupee ($ 54) setiap bulan.

“Saya sudah mulai mengirim putra bungsu saya ke sekolah karena saya mendapatkan cukup uang sekarang untuk memenuhi semua biaya,” katanya.

Penduduk desa juga dapat mengisi ponsel mereka di stasiun surya, daripada harus melakukan perjalanan pulang pergi ke Bahawalpur.

Yayasan tersebut sejauh ini telah membangun stasiun pengisian solar di 150 desa di seluruh negeri dan berencana menambah fasilitas tersebut hingga mencapai 4.000 desa pada 2017.

Menurut Bank Dunia, sekitar 44 persen rumah tangga di Pakistan tidak terhubung ke fasilitas listrik. Lebih dari 80 persen dari mereka berada di daerah pedesaan.

Hampir setengah dari total rumah tangga menggunakan minyak tanah sebagai sumber utama pencahayaan, kata survei Bank Dunia  tahun 2012. Beberapa diantara mereka menggunakan lilin, karena mahalnya harga minyak tanah.

“Target kami adalah menyediakan energi berkelanjutan untuk daerah pedesaan yang tak memiliki gardu listrikdi Pakistan dan kami sangat ingin memberdayakan perempuan di daerah-daerah melalui proyek ini,” kata Fiza Farhan, CEO dari Buksh Foundation.

Dia mengatakan, lentera surya tidak hanya nyaman dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa warga desa tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon yang mengubah iklim, karena setiap lentera menggantikan sekitar 500 sampai 600 liter minyak tanah selama 10 tahun.

“Yayasan ini memiliki jalur bantuan permanen di kantor pusatnya di Lahore, untuk tetap berhubungan dengan “wanita vcahaya” dan memberikan mereka bantuan teknis sepanjang waktu,” kata Farhan.

Dia mengatakan puluhan orang menghubungi yayasan setiap harinya untuk meminta lentera surya bagi desa mereka dan  pemasangan stasiun pengisian di desa-desa terdekat.

“Banyak perempuan yang ingin menjadi wanita penerang, tetapi untuk saat ini kami baru bisa melatih dua perempuan di masing-masing desa,” katanya. sambil menambahkan agar setiap wanita bisa memperoleh pendapatan yang layak dari pembagian keuntungan usaha.

Menurut Qamar-uz-Zaman, penasihat perubahan iklim dari  organisasi LEAD-Pakistan, kekurangan energi di Pakistan dapat dipenuhi secara substansial jika pemerintah memberikan bantuan teknis dan keuangan untuk inisiatif pembangunan berkelanjutan seperti “Pencahayaan Jutaan Kehidupan”.

Pakistan menghadapi kekurangan listrik sepanjang tahun  yang mencapai puncaknya sekitar 7.000 megawatt di musim panas. Daerah pedesaan di negara itu sering menderita pemadaman lebih dari 14 jam sehari, sementara di daerah perkotaan hingga 10 jam sehari tanpa listrik, kata Yayasan Thomson Reuters.

Untuk mengatasi krisis itu, pemerintah perlu mendukung proyek gardu listrik tanpa solar dan mendorong pendudik menggunakan sumber energi terbarukan untuk mengurangi beban pada fasilitas listrik nasional, kata Zaman.

“Pemerintah dapat mensubsidi proyek itu dari pendanaan perubahan iklim internasional dan mencari donor internasional,” kata Gul Muhammad, 62, seorang petani di desa luar Bahawalpur, yang telah membuktikan manfaat energi surya.

Dia menyewa lentera dari salah satu “Wanita Cahaya” yang  memungkinkan dia mengurangi jumlah minyak tanah digunakannya untuk bertani, dengan 350 rupee ($ 3) setiap bulan.

Dengan adanya fasilitas listrik yang murah, ringan dan portabel dia dapat mengairi lahan pertanian selama senja dan fajar, saat yang sebelumnya terlalu berbahaya berada di lahan pertanian karena adanya ular.

“Saya sekarang dapat bekerja tiga sampai empat jam ekstra pada lahan pertanian saya,” katanya.  “Dan ini adalah membantu meningkatkan pendapatan saya juga.” (T/P007/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Septia Eka Putri

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0