Dubai, MINA – Sebuah kelompok hak asasi manusia mengampanyekan boikot terhadap United Emirat Arab (UAE) karena menuduh negara kaya minyak itu banyak melanggar HAM, banyak kekerasan terhadap pekerja migran dan tahanan, melakukan kejahatan perang di Yaman, pencucian uang dan mendanai terorisme.
Organisasi Kampanye Internasional untuk Kebebasan di Uni Emirat Arab (ICFUAE) pekan ini mengumumkan, mulai 15 Oktober akan melancarkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela di UEA.
“UEA telah melakukan kejahatan perang di Yaman selain menjadi pusat perbudakan moderen dan kekerasan terhadap buruh, negara tersebut telah gagal dalam menghormati hak asasi manusia,” kata ICFUAE. Demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Kelompok tersebut menuduh UEA menjadi pemimpin dalam perdagangan manusia, pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan memulai kampanye pada tanggal 15 Oktober untuk menekan otoritas Emirat agar “menghormati hak asasi manusia”.
Sementara itu Organisasi HAM Human Rights Watch juga menuduh UEA memiliki daftar pelanggaran yang luas, termasuk penahanan sewenang-wenang, penghilangan paksa dan penyiksaan terhadap tahanan, serta penganiayaan terhadap pekerja migran.
Pada bulan Juli, kelompok tersebut mengatakan bahwa UEA menyiksa tersangka teror dari Yaman di sebuah penjara rahasia di Eritrea, tapi UEA membantah tuduhan tersebut.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Pekan ini, koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang mencakup UEA di dalamnya, ditempatkan dalam daftar hitam PBB karena membunuh dan melukai anak-anak di Yaman selama perang.
Menurut PBB, Koalisi bertanggung jawab atas kematian dan luka-luka dari 683 anak tahun lalu. Namun, pemerintah Riyadh menolak laporan tersebut. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon