Bekasi, MINA – Pemimpin Redaksi Penerbit GDN, Didik Hariyanto, menegaskan bahwa tindakan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina merupakan bentuk nyata dari kolonialisme modern yang masih berlangsung hingga hari ini.
Menurut Didik, di abad ke-21 yang menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia dan demokrasi, dunia justru membiarkan genosida terhadap rakyat Palestina yang disiarkan secara langsung di hadapan publik global.
“Pertanyaannya, bagaimana bisa genosida disiarkan secara langsung dan dibiarkan di zaman modern ini? Video di mana-mana, footage di mana-mana, genosida di mana-mana, tapi yang ada hanya pembiaran,” ujarnya dalam acara Insight AWG: Dua Tahun Thufan Al-Aqsa dan Rencana Trump yang digelar Aqsa Working Group (AWG) di Ruang Diskusi Gedung Rasil, Jatikarya, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (7/10).
Didik menjelaskan, Israel—atau lebih tepatnya gerakan Zionis—berupaya mengaburkan kenyataan di depan publik dunia dengan membeli opini, memperdagangkan wacana, dan menciptakan narasi-narasi baru untuk menutupi kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan.
Baca Juga: Ini Tanggapan MUI Soal Insiden Ambruknya Bangunan di Ponpes Al Khoziny
“Mereka mengklaim diri sebagai negara yang peduli terhadap alam dan satwa liar, berkomitmen pada ekologi dan pelestarian lingkungan. Padahal semua itu hanyalah upaya untuk menutupi genosida terhadap rakyat Palestina,” tegasnya.
Lebih lanjut, Didik mengutip pandangan Ilan Pappé, seorang sejarawan dan aktivis sosialis ekspatriat asal Israel yang dikenal pro-Palestina. Dalam kajiannya, Pappé menjelaskan bahwa penjajahan Zionis terhadap Palestina dilakukan melalui tiga tahap besar: perampasan tanah, penghapusan etnis (ethnic cleansing), dan penghapusan memori tentang Palestina.
“Memori tentang Palestina itu dicoba untuk dihapuskan. Cara-cara yang dilakukan Zionisme sangat terencana,” jelas Didik.
Terkait klaim Zionis Israel bahwa Operasi Pedang Besi merupakan reaksi spontan atas peristiwa Thufan Al-Aqsa, Didik menilai hal itu tidak berdasar.
Baca Juga: Dr Sarbini Abdul Murad: Indonesia Harus Tegas Tolak Kehadiran Atlet Israel
“Bagaimana bisa disebut reaksi spontan kalau penjajahan dan kekerasan itu sudah berlangsung selama beberapa dekade? Operasi Pedang Besi adalah proyek terencana yang sampai sekarang masih berlangsung,” pungkasnya.
Selain Didik Hariyanto, pembicara lain dalam acara tersebut ialah Diplomat RI (1988–2021) Ple Priatna, Ketua Presidium AWG Muhammad Anshorullah, dan Aktivis Global Sumud Flotilla Muhammad Fatur Rohman.
Acara yang diinisiasi oleh Aqsa Working Group (AWG) ini digelar dalam rangka memperingati dua tahun perlawanan rakyat Palestina menghadapi genosida Zionis Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rabu ini Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif