DIN SYAMSUDDIN: IDEOLOGI ISIS TIDAK ADA DASAR DALAM ISLAM

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin. (Foto: ANTARA)
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) . (Foto: ANTARA)

Jakarta, 13 Rabi’ul Awwal 1437/24 Desember 2015 (MINA) – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menyatakan, gerakan kelompom (/Daesh) tidak ada dasarnya dalam Islam.

Pernyataan Din itu dikatakan dalam wawancaranya dengan sebuah saluran TV swasta di Jakarta pada Kamis (24/12) malam.

ISIS tidak ada dasarnya dalam Islam yang cinta damai dan kasih sayang. ISIS bukan gerakan keagamaan, tapi gerakan politik,” kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu kepada TV One melalui video telekonferens.

Din mengungkapkan, ia bersama 300-an ulama dunia di Yordania pernah mengirim surat kepada pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi.

“Sampai saat ini kami belum menerima balasannya,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, pengamat terorisme Nasir Abbas membenarkan, ISIS adalah gerakan politik, karena ISIS bertujuan menguasai sebuah wilayah untuk mendirikan sebuah negara.

“Jika ingin menguasai suatu wilayah, itu adalah politik. Gerakan-gerakan (bersenjata) yang ada di Indonesia, semuanya ingin menegakkan negara,” kata pria asal Malaysia itu.

Din menyeru masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, agar tidak mudah terpengaruh terhadap ideologi ISIS.

Pada Rabu (23/12), Tim Densus 88 menangkap dua terduga “teroris” di Bekasi dan diklaim terhubung dengan jaringan ISIS luar negeri.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan, terduga “teroris” yang ditangkap di Bekasi berasal dari jaringan yang berbeda dengan kelompok yang ditangkap sebelumnya.

“Afiliasinya dengan kelompok luar negeri,” kata Anton, Kamis, kepada Tempo.

Polisi menangkap jaringan teroris di Jalan Duku Jaya RT 05 RW 09, Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Bekasi. Seseorang dengan inisial AL, yang merupakan warga negara Cina, sudah disiapkan untuk menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri.

AL diketahui baru sekitar satu bulan tinggal di lokasi tersebut, dengan alasan ingin mencari pekerjaan. Ia menyewa sebuah rumah kontrakan milik Solihin sebesar Rp 1,5 juta per bulan.

Anton menjelaskan, terduga “teroris” di Bekasi berafiliasi dengan ISIS dan kelompok-kelompok radikal lain di luar negeri. Sedangkan “teroris” yang berada di Jawa Tengah berafiliasi dengan kelompok Solo, sementara Jawa Timur berafiliasi dengan kelompok Klaten. (L/P001/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.