Jakarta, MINA – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio membantah adanya penurunan daya beli masyarakat, yang terjadi saat ini adalah perubahan pola konsumsi masyarakat.
“Dulu Rp40.000 bisa makan untuk satu keluarga. Tapi sekarang Rp40.000 hanya bisa untuk makan dua orang. Ini yang justru membuat ekonomi kelas menengah ke bawah menurun karena orang-orang lebih memilih membeli makanan siap saji,” ujar Tito dalam sebuah forum diskusi dengan pimpinan DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/8).
Tito mengatakan, perubahan pola konsumsi ini yang harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, kata dia, jika hal ini tidak dikontrol, maka perekonomian hanya bergerak di kalangan menengah ke atas, sedangkan perekonomian di kalangan menengah ke bawah akan terus anjlok.
“Saya juga bingung kenapa franchise besar-besar itu bisa masuk ke tingkat II. Padahal dulu tidak boleh. Spending barang konsumerisme di tingkat II itu tersupport oleh gencarnya promosi dan izin yang diberikan. Mencegah konsumerisme itu yang negara harus hadir,” kata Tito.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dia mencontohkan, ada sekitar 4,6 juta orang yang berbelanja melalui aplikasi GO-JEK, salah satunya membeli makanan. Sayangnya, makanan tersebut dibeli dari UMKM yang tidak terlacak oleh Ditjen Pajak, sehingga aktivitas pembelian tersebut tidak tercatat.
“Ada 4,6 juta orang yang menggunakan GO-JEK. Tapi apa yang dia pakai, mereka belanja martabak, makanan dari pedagang yang tidak bayar pajak. Artinya (pembelian) tidak dicatat,” ujarnya.
Selain itu, masuknya perusahaan raksasa ke daerah-daerah juga memengaruhi daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Tito, masyarakat akan lebih tertarik untuk berbelanja di perusahaan raksasa tersebut dari pada membeli di UMKM.
Dengan adanya perubahan gaya hidup ini, maka daya beli akan lebih mengarah pada barang-barang mewah. Sehingga ekonomi masyarakat kelas menengah ke atas meningkat, sedangkan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah menurun. (L/R06/P1)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Mi’raj News Agency (MINA)