Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Manusia hidup identik dengan masalah. Sementara masalah itu untuk dihadapi, bukan ditinggal pergi. Jika dihadapi, maka akan menjadi pembelajaran kedewasaan hidup dan cambuk pelajaran dalam meniti langkah berikutnya. Sementara jika ditinggal pergi, malam bisa akan semakin membesar masalahnya. Akibat tak tertangani dan tak ada pilihan jawaban.
Namun, dalam keterbatasan akal, pikiran buntu, hati yang gundah, dan seolah sudah tidak ada lagi manusia yang akan menolongnya. Saat itulah manusia bisa saja terdiam, bengong, putus asa, lalu….. ambil jalan pintas. Entah melakukan tindak kriminal, melakukan korupsi mengambil yang bukan haknya. Hingga ada yang bunuh diri jika tanpa benteng iman kepada Allah. Na’udzubillaahi min dzalik.
Ternyata, masalah besar pernah dihadapi juga oleh seorang Nabi, yaitu Nabi Yunus ‘Alaihis Salam.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Bagaimana bisa dibayangkan dan dirasakan, Nabi Yunus ditelan ikan besar saat beliau dilempar ke lautan lepas.
Tiga kesulitan yang sangat dan berada dalam tiga kegelapan sekaligus: gelapnya dalam perut ikan tentu sangat susah bernafas, gelapnya di dalam lautan tak mampu melihat apa-apa, dan di tengah gelapnya malam tak bisa berbuat apa-apa.
Lalu, apa yang dilakukan Nabi Yunus yang juga adalah manusia seperti kita juga?
Ya, beliau langsung menyerahkan penyelesai problematikanya kepada Allah Robbul ‘Aalamiin. Tuhan semesta alam. Dengan mentauhidkan-Nya, bertasbih memuji-Nya dan mengakui kezaliman diri. Yakni dengan memperbanyak doa dzikir:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (Ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya”.
Begitu sangat pentingnya dzikir ini, Allah pun mengabadikannya di dalam Al-Quran:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan, dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 87-88).
Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyebut betapa mustajabnya doa dzikir Nabi Yunus ini dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup tiap mukmin. Sabdanya:
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
Artinya: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: “Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin”. (Artinya: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” (H.R. At-Tirmidzi).
Mengapa, begitu sangat mudah bagi Allah dalam menyelesaikan masalah hamba-Nya, dengan doa dzikir Nabi Yunus itu?
Ya, karena dalam doa itu tersebut terdapat pengakuan pada ketauhidan Allah ‘azza wa jalla, pengakuan akan ke-Mahasuci-an Allah, serta pengakuan terhadap setiap dosa, kesalahan dan kedzaliman yang diperbuat diri sendiri.
Ini bermakna masih tetap teguhnya pengakuan tauhidullah, pengakuan akan kekurangan dan kedzaliman diri, serta sebenarnya adalah permohonan ampun (istighfar) pada Allah. Semua itu agar Allah berkenan dengan segala ke-Mahabijaksanaan-Nya, ke-Mahakuasaan-Nya, pertolongan-Nya dan kasih sayang-Nya, berkenan menolong hamba-Nya, yang sedang sangat berharap akan Allah. Walaupun selama ini tak menghiraukan-Nya. Bahkan melalaiklan ibadah kepada-Nya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Memang, hanya Allah Dia-lah yang punya kuasa untuk mengampuni dosa dan mengabulkan doa kita. Serta, hanya Dia semata yang bisa menghindarkan diri kita dari kesulitan.
Seperti penegasan-Nya:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-(Nya).” (Q.S. An-Naml [27]: 62).
Semoga Allah berkenan menyelesaikan segala masalah kehidupan kita dengan doa Nabi Yunus ‘alaihis salam tersebut. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (RS2/P1)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)