Aleppo, 25 Dzulhijjah 1437/27 September 2016 (MINA) – Dalam kondisi Aleppo timur yang sedang dibombardir besar-besaran oleh rezim Suriah, jumlah dokter yang bertahan tinggal 30 orang, di saat warga sangat membutuhkan pasokan medis dan tindakan bedah untuk mengobati korban terluka.
Ada sebanyak 300.000 warga sipil yang terjebak di Aleppo timur yang dikuasai oleh oposisi.
Terhitung sejak Kamis (22/9) pekan lalu, sudah lebih dari 280 orang tewas dan setidaknya 400 orang terluka oleh serangan udara besar-besaran itu, setelah gencatan senjata berakhir.
“Ada 30 dokter yang masih ada di timur kota Aleppo,” kata Abd Arrahman Alomar dalam konferensi di Jenewa, Senin (26/9). Ia seorang dokter anak yang sebelumnya bekerja untuk Masyarakat Medis Amerika Suriah (SAMS) di Aleppo.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Menurut Alomar, SAMS kekurangan peralatan dan obat-obatan darurat untuk mengobati banyak kasus trauma. Bahan bakar hanya cukup untuk menjalankan generator rumah sakit selama 20 hari. Satu dokter kandungan dan dua dokter anak tetap bertahan untuk merawat wanita hamil dan 85.000 anak.
Wartawan Al Jazeera Charles Stratford yang melaporkan dari kota perbatasan Gaziantep, Turki, mengatakan, jumlah korban terluka yang sekarang meningkat tiba-tiba, sangat memerlukan persediaan medis yang sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.
“Paramedis mengatakan, mereka tidak bisa mengangkut orang ke rumah sakit lain di daerah aman karena timur Aleppo dikepung oleh pasukan pemerintah,” kata Stratford yang dikutip MINA.
Dr Alomar mengatakan, jika pengeboman terus berlanjut, kondisi medis akan ke titik nol, yaitu tidak ada fasilitas yang terlindungi dan tidak ada petugas kesehatan yang bisa dilindungi. (T/P001/R05)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)