Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

EcoMasjid: Kerjasama Internasional Untuk Memakmurkan Bumi (Oleh: Dr. Hayu S. Prabowo)

Rana Setiawan - Rabu, 11 September 2019 - 16:36 WIB

Rabu, 11 September 2019 - 16:36 WIB

10 Views

Fasilitator Nasional Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, Dr. Hayu Prabowo.(Foto: Istimewa)

Oleh: Dr. Ir. H. Hayu S. Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (Lembaga PLH & SDA MUI)

Program masjid ramah lingkungan (ecoMasjid) telah mendapat perhatian dunia dan saat ini telah bekerjasama dalam program Living The Change dari Organisasi GreenFaith.

Inisiatif ini ditujukan untuk mendapatkan komitmen individu untuk melakukan perubahan kehidupan di dua bidang, yaitu (i) Makan dari Terdekat (Locavore) dan (ii) Berbagi Makanan Lebih (BeraMaL), yang keduanya memiliki dampak signifikan pada pengurangan sampah makanan untuk perbaikan lingkungan hidup dan perubahan iklim guna kelangsungan kehidupan manusia masa depan.

Kedua organisasi itu adalah organisasi lintas agama di mana ajaran agama tidak hanya melulu kegiatan ibadah ritual, namun juga  diwujudkan dalam bentuk kegiatan kemanusiaan, khususnya dalam menghadapi dampak kerusakan lingkungan hidup dan perubahan iklim.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa bumi itu adalah ciptaan Allah yang harus kita jaga bersama. Kita juga percaya bahwa kita masing-masing memiliki tanggung-jawab untuk hidup dengan cara yang baik agar seluruh makhluk dapat hidup dan berkembang, tidak hanya hari ini, tetapi untuk generasi seterusnya secara berkesinambungan.

Dengan mengingat nilai-nilai keagamaan ini, kami mengajak seluruh umat manusia untuk menentukan pilihan hidup yang lebih baik demi kemakmuran bumi dan keturunan kita semua.

Kami mengundang komunitas agama untuk bergabung demi kehidupan yang lebih berkelanjutan. Kami menciptakan komunitas yang terhubung secara global untuk membantu memastikan kemakmuran umat manusia di masa depan.

Berikut adalah penjelasan mengenai kedua program Makan dari Terdekat (Locavore) dan Berbagi Makanan Lebih (BeraMaL).

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

1. Makan dari terdekat (Locavore)

Umar Ibnu Abi Salamah r.a. berkata, “Saya dulu adalah seorang bocah kecil yang ada dalam bimbingan (asuhan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan saya (kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menegur saya, ‘Wahai bocah bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang terdekat denganmu.’ Maka demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hikmah hadits tersebut dapat dimengerti lebih luas bahwa kita perlu memakan dari apa yang tersedia di sekitar kita. Karena perilaku ini akan meningkatkan Ketahanan Pangan masyarakat dengan memangkas jalur distribusi pangan. Dengan menghindari makanan impor dan memakan makanan lokal akan mengurangi dampak buruk sampah dari kerusakan pangan, packing dan re-packing serta dan penggunaan energi untuk penyimpanan dan berbagai moda transportasi untuk distribusi.

Istilah jaman now untuk mereka yang mengonsumsi bahan-bahan lokal dikenal dengan Locavore yang telah menjadi gerakan dunia. Istilah ini mengikuti istilah Carnivore adalah pemakan daging; herbivore adalah pemakan tumbuhan; omnivore adalah pemakan segala. Pendorong tren untuk mengonsumsi bahan makanan dari dekat karena:

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

  • Perhatian lingkungan hidup

−    Mengurangi emisi untuk  menjaga produktivitas pertanian – Makanan bergerak jarak yang lebih pendek dari kebun ke piring, akan mengurangi emisi CO2 yang mengurangi dampak perubahan iklim dan gagal panen.

−    Menjaga pelestarian varietas lokal dan keanekaragaman hayati  melalui kearifan lokal.

−    Mengurangi sampah – Karena makanan ditanam secara lokal dan dikirim lebih cepat, akan mengurangi kerusakan saat menuju piring makan.

−    Penggunaan bibit lokal dan pupuk organik, produknya lebih sehat dan ramah lingkungan, juga memungkinkan ekosistem lebih dapat menyesuaikan terhadap dampak perubahan iklim sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca pertanian.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

  • Meningkatkan kewirausahaan pertanian kecil dan menengah masyarakat pedesaan

−    Mempromosikan Usaha Pertanian Kecil – Mendukung pertanian lokal berarti Anda membantu bisnis kecil, dan para penggiat yang berdedikasi selalu bersemangat dan senang untuk membantu “wong cilik”.

−    Memperkuat Ekonomi Lokal – Pengeluaran uang Anda dengan petani lokal akan langsung menggiatkan ekonomi lokal karena petani tersebut belanja persediaan dari usaha lokal lainnya.

−    Ketahanan Pangan melalui produksi di tingkat keluarga.

−    Meningkatkan keadilan sosial dan pemerataan pendapatan dengan membentuk alternatif dari penguasaan pertanian oleh korporasi.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

  • Persepsi lokal lebih sehat dan lebih bergizi karena tidak kehilangan nutrisi atau rusak sejak panen.
  • Keamanan makanan – mengetahui dari mana makanan berasal.
  • Peluang pendidikan dan pembelajaran untuk peningkatan pengalaman.

Prakarsa keberlanjutan. memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (PBB). Mencakup aspek ekologis, ekonomi dan sosial pertanian.

2. Berbagi Makanan Lebih

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika makan makanan, beliau menjilat jari-jarinya sebanyak tiga kali, beliau bersabda: “Jika suapan salah seorang dari kalian jatuh, maka hendaknya ia membersihkannya dari kotoran dan memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk setan!” Dan beliau memerintahkan kami agar mengusap piring. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tidak seorangpun di antara kalian mengetahui di bagian makanan manakah ia diberi berkah.” (HR. Abu Daud)

Hikmah hadits tersebut adalah bahwa setiap butir makanan membawa berkah dan kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan karena perbuatan mubazir adalah perbuatan setan. Dengan membuang makanan maka kita membuang segala keberkahan yang diberikan Allah kepada kita.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Namun realitas dari laporan the Economist bahwa Indonesia membuang makanan 300 kg/tahun/orang (peringkat kedua dunia) sementara 19 juta penduduknya kelaparan. Global Hunger Index (Indeks Kelaparan Global) 2018, Indonesia menderita tingkat kelaparan serius dengan skor 21,9 yang merupakan peringkat ke 73 dari 119 negara.

Sebuah Program “Berbagi Makanan Lebih” (BeraMaL) telah diinisiasi. Program ini merupakan bagian dari program masjid ramah lingkungan atau ecoMasjid oleh Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia. Program BeraMaL merupakan sebuah gerakan sosial berbasis masjid dengan tujuan:

  1. Mengurangi pemborosan makanan sekaligus mengurangi sampah.

2. Memberikan bantuan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.

  1. Mempererat hubungan sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

(AK/R01/P1)

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Indonesia
Breaking News