Harare, 30 Muharram 1437/12 November 2015 (MINA) –Sekitar 11 juta anak-anak di Afrika Timur dan Selatan mengalami kelaparan, terjangkit penyakit, dan kekurangan air akibat fenomena cuaca El-Nino terkuat dalam satu dekade ini.
Organisasi Dana Anak-anak PBB (UNICEF) melaporkan, kekeringan berdampak pada kegagalan panen dan kurangnya akses terhadap air mengakibatkan gizi buruk dan kerentanan anak terhadap penyakit mematikan seperti malaria, diare, kolera, dan demam berdarah.
El-Nino, yang disebabkan oleh pemanasan Samudera Pasifik, telah menyebabkan kekeringan di beberapa bagian Afrika, termasuk Malawi dan Zimbabwe.
Negara yang terkena dampak terburuk adalah Ethiopia, yang memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Afrika dan telah menderita kekeringan terburuk dalam 30 tahun terakhir.
Baca Juga: Penerima Zayed Award 2025 dari Pejuang Perubahan Iklim hingga Organisasi Kemanusiaan
Lebih dari delapan juta orang Ethiopia membutuhkan bantuan makanan, dan jumlahnya bisa meningkat menjadi 15 juta pada awal 2016, demikian laporan UNICEF yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
Sejumlah 350.000 bocah Ethiopia mengalami kekurangan gizi akut, lanjut UNICEF, yang berarti mereka terancam meninggal tanpa asupan makanan yang terpenuhi.
Di Somalia, banjir bandang telah menghancurkan ribuan rumah dan tanaman, dengan intensitas hujan terus berlanjut dapat meningkatkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan jiwanya saat ini di atas 3,2 juta jiwa.
Sementara di Malawi, hampir separuh anak-anak sudah menderita kekurangan gizi, UNICEF mengkhawatirkan kekeringan terburuk selama hampir satu dekade ini bisa menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam kekurangan gizi akut berat.
Baca Juga: Demokrat Desak Mulai Kembali Program Relokasi Pengungsi Afghanistan di AS
Selain itu, di Zimbabwe, jumlah orang yang membutuhkan bantuan pangan diperkirakan mencapai 1,5 juta pada Januari hingga Maret tahun mendatang.
Begitu juga di Afrika Selatan, hewan ternak telah mati akibat kekeringan, dan pembatasan air telah diberlakukan di kota utama, Johannesburg, dan daerah lainnya.
El-Nino diperkirakan akan melanjutkan penguatan pada awal 2016, menyebabkan lebih banyak banjir dan kekeringan serta memicu topan dan siklon Pasifik. El-Nino tidak disebabkan oleh perubahan iklim, tetapi para ilmuwan percaya bahwa mereka menjadi lebih intens sebagai hasil lebih dari itu.
Direktur Eksekutif UNICEF, Anthony Lake, mengatakan dia berharap krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh El-Nino akan difokuskan pada pembicaraan PBB di Perancis mulai 30 November mendattang untuk mengamankan kesepakatan global baru guna memperlambat perubahan iklim.
Baca Juga: Trump Klaim Mesir dan Yordania akan Patuhi Usulan Pembersihan Etnis Palestina
“Intensitas dan potensi merusak ini harus menjadi sebuah seruan kebangkitan para pemimpin dunia yang akan berkumpul di Paris,” kata Lake dalam sebuah pernyataan.
“Ketika perdebatan mereka [para pemimpin dunia] pada sebuah kesepakatan untuk membatasi pemanasan global, mereka harus ingat bahwa masa depan anak-anak hari ini -dan planet yang akan mereka warisi- sedang dipertaruhkan,” ujarnya.(T/nrz/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tabrakan Pesawat American Airlines vs Helicopter UH-60 Black Hawk, Ini Reaksi Trump