Dalam kehidupan, setiap insan tentu mendambakan menjadi pribadi yang dikenang dan dirindukan. Dalam Islam, kemuliaan seorang hamba bukan hanya terletak pada kekayaan atau kedudukan, melainkan pada karakter dan akhlaknya yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Hadis ini mengingatkan kita bahwa seseorang dirindukan bukan karena kemewahan hidupnya, melainkan karena kebaikan yang ia tebar di sekitarnya. Di dalam Al-Qur’an pun, Allah berfirman bahwa kebaikan seorang hamba akan dibalas dengan kebaikan pula, “Maka, barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, niscaya ia akan melihatnya.” (QS. Al-Zalzalah: 7).
Sebagai pribadi yang dirindu, seseorang perlu memiliki akhlak yang mulia, dengan mengikuti tuntunan syariat serta mengambil hikmah dari ilmu yang ia pelajari. Ilmu yang bermanfaat seharusnya tidak hanya memperkaya diri, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk meneladani kebaikan. Ketika ilmu digunakan untuk memperbaiki akhlak, ia akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan di tengah masyarakat. Dengan begitu, keberadaan kita bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga menjadi berkah bagi lingkungan.
Pentingnya nilai keikhlasan dalam berbuat kebaikan adalah salah satu kunci yang menjadikan seseorang dirindukan oleh orang lain. Keikhlasan melahirkan ketulusan dalam membantu sesama, tanpa berharap pujian atau balasan. Allah Subhanahu wa ta’ala sangat mencintai hamba-Nya yang tulus ikhlas dalam beramal, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Qudsi, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” Dengan keikhlasan, seseorang akan selalu merasa tenang dan bahagia, serta menghadirkan ketenangan di hati orang-orang di sekitarnya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Menjadi pribadi yang dirindukan juga menuntut kemampuan untuk memaafkan dan berlapang dada. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan luput dari kesalahan, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan teladan dalam memaafkan orang yang menyakitinya, bahkan berdoa agar mereka mendapatkan hidayah. Sifat pemaaf ini adalah cerminan dari akhlak yang luhur, yang akan membuat seseorang dikenang dengan baik dan dirindukan oleh orang-orang di sekelilingnya.
Selain itu, pribadi yang dirindukan adalah mereka yang pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Ta’ala. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih mampu menerima keadaan dan menghindari perasaan iri dan dengki. Syukur adalah cermin hati yang bersih dan lapang, yang membuat seseorang lebih mudah memberikan bantuan dan kebahagiaan kepada orang lain. Seorang hamba yang bersyukur tidak hanya dicintai oleh Allah, tetapi juga disenangi oleh orang-orang di sekitarnya.
Pada akhirnya, menjadi pribadi yang dirindukan tidak hanya melibatkan hubungan manusia dengan sesama, tetapi juga hubungan dengan Allah Ta’aa. Seseorang yang taat dalam beribadah, rendah hati, dan selalu mengingat Allah akan memancarkan cahaya kebaikan yang memikat hati orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Maryam ayat 96, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.”
Maka, marilah kita berusaha menjadi pribadi yang dirindukan dengan menjalankan akhlak yang baik, memanfaatkan ilmu dengan bijak, dan mempererat hubungan dengan Allah. Sebab, kemuliaan hidup seorang insan sejatinya terletak pada seberapa besar manfaatnya bagi sesama. Berikut adalah enam langkah agar menjadi pribadi yang dirindukan.
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
Pertama, menjadi pribadi yang berbuat kebaikan. Allah Ta’ala berfirman,
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُۥ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Al-Zalzalah: 7).
Ayat ini mengajarkan bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan seorang hamba, ia akan melihat hasilnya, baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga, menjadi pribadi yang dirindukan oleh sesama dapat terwujud dengan melakukan kebaikan secara tulus, karena setiap amal baik pasti memiliki dampak positif dan berharga di sisi Allah.
Kedua, berusaha menjadi bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Hadis ini menegaskan bahwa seorang Muslim akan mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah Ta’ala ketika ia berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan dan manfaat yang diberikan kepada orang lain akan mengundang rasa cinta dan kerinduan, karena manusia secara alami mencintai mereka yang mengulurkan bantuan dengan tulus.
Ketiga, selalu ikhlas dalam beramal. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah: 27)
Baca Juga: Memaknai Iqra
Keikhlasan menjadi landasan amal yang diterima di sisi Allah. Hanya amalan yang dikerjakan dengan ikhlas dan bertakwa yang akan mendapatkan keridhaan-Nya. Seorang yang beramal dengan ikhlas dan tidak mencari pujian akan lebih mudah dirindukan, karena ia tidak memandang apa pun selain kebaikan.
Dalam hadis Qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Hadis ini menekankan pentingnya niat yang ikhlas dan hati yang bersih dalam beramal. Seseorang yang baik hatinya dan ikhlas dalam kebaikan akan dicintai Allah dan disenangi manusia. Ikhlas dalam beramal membuat seseorang dirindukan karena kehadirannya memberi ketenangan dan kebaikan yang tulus.
Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama
Keempat, bisa memaafkan dan berlapang dada. Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
Ayat ini menunjukkan bahwa memaafkan adalah sikap yang mulia dan Allah SWT menjanjikan balasan langsung bagi mereka yang memaafkan orang lain. Pribadi yang mudah memaafkan akan selalu dirindukan, sebab sifat memaafkan menumbuhkan kedamaian dan melenyapkan perselisihan.
Kelima, pandai bersyukur. Allah berfirman,
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Syukur adalah wujud penghargaan terhadap segala nikmat Allah. Mereka yang pandai bersyukur akan selalu hidup dengan penuh kebahagiaan dan rendah hati, sehingga kehadirannya selalu dirindukan oleh orang lain. Bersyukur menjadikan seseorang pribadi yang positif dan membuat orang lain merasa nyaman di sekitarnya.
Keenam, beriman dan gemar beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحْمَـٰنُ وُدًّۭا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Baca Juga: Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan memberikan kasih sayang bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Mereka yang berbuat baik karena Allah akan dirindukan oleh orang lain, karena kebaikan mereka diiringi dengan cinta dan kasih sayang yang Allah tanamkan di hati orang-orang di sekitarnya.
Dengan meneladani sifat-sifat di atas, seorang Muslim dapat menjadi pribadi yang selalu dirindukan oleh orang lain. Amalan yang dilandasi ikhlas, syukur, dan kasih sayang tidak hanya menjadikan seseorang dekat dengan Allah, tetapi juga menempatkannya di hati orang lain sebagai pribadi yang dicintai dan dirindukan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sejarah, Makna, dan Relevansi Sumpah Pemuda Bagi Bangsa