Erdogan: Turki Akan Segera Membersihkan Teroris dari Suriah

Ankara, MINA – mengatakan pada Jumat (9/5), Turki akan segera membersihkan Suriah dari teroris dan meminta sekutu di NATO untuk mendukung Ankara dalam perang melawan teror.

“Puluhan ribu senjata, kendaraan, dan peralatan diberikan secara gratis kepada kelompok-kelompok teror di Suriah utara yang kami lawan,” ujar Erdogan pada pertemuan para diplomat dalam acara buka puasa bersama di Ankara, merujuk pada dukungan Amerika Serikat kepada afiliasi PKK di Suriah, Unit Perlindungan Rakyat (YPG).

“Kami akan segera membersihkan daerah-daerah Suriah yang dilanda teror dan memberi 4 juta warga Suriah kesempatan untuk kembali ke rumah mereka,” tegasnya seperti dikutip Daily Sabah.

Para pejabat Turki telah mengisyaratkan kampanye militer ke wilayah YPG di sebelah timur Sungai Efrat jika ancaman teroris berlanjut. Para pejabat tinggi di Ankara juga telah mendiskusikan rencana untuk membangun zona aman di Suriah utara yang bebas dari teroris YPG untuk memastikan keamanan nasional. YPG telah menerima dukungan AS dengan dalih memerangi Daesh (ISIS), meskipun ada keberatan keras dari Ankara.

Erdogan menekankan sebagai anggota NATO dan mitra strategis, Turki tidak dapat membiarkan sekutu-sekutunya salah melakukan langkah, secara khusus mengutip pemberlakuan sanksi, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat.

“Yang kami inginkan adalah melihat persahabatan mereka yang mengatakan mereka adalah teman kami dan kesetiaan mereka yang mengatakan mereka adalah sekutu kami,” kata Erdogan.

Presiden menunjukkan ada standar ganda dalam perang melawan teror dan meningkatnya gerakan ekstrimis di Barat, yang menyatakan YPG dan PKK ditoleransi dan bahkan “didukung” di seluruh Eropa.

“Muslim adalah korban terbesar (teroris dan) perlakuan tidak adil di tingkat global, pendekatan berprasangka, generalisasi stereotip, diskriminasi, intoleransi, dan ucapan kebencian,” kata Erdogan.

Dia menyerukan PBB dan negara-negara lain untuk mengakui 15 Maret sebagai “Hari Solidaritas Internasional melawan Islamofobia.”

Berkenaan dengan proposal Turki yang berkelanjutan untuk menjadi anggota di Uni Eropa, Erdogan mengatakan, “Keanggotaan UE telah menjadi sasaran kebijakan luar negeri yang strategis bagi kami sejak awal.”

Turki melamar keanggotaan Uni Eropa pada 1987 dan pembicaraan aksesi dimulai pada 2005. Namun negosiasi terhenti pada 2007 karena keberatan dari pemerintah Siprus Yunani di pulau Siprus yang terbagi serta oposisi dari Jerman dan Perancis. (T/R11/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.