Aleppo, 22 Rabi’ul Awwal 1438/22 Desember 2016 (MINA) – Konvoi evakuasi terakhir warga sipil dan kelompok oposisi di Aleppo Timur, Suriah, pada Rabu (21/12) berlangsung di tengah badai salju yang hebat.
Gelombang terakhir itu akan membuka jalan bagi pasukan Pemerintah Suriah untuk mengambil kontrol penuh kota Aleppo setelah empat tahun perang.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan, sekitar 30.000 orang telah meninggalkan Aleppo Timur sejak Kamis pekan lalu (15/12). Demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Aleppo Timur sebelumnya berada dalam kekuasaan pasukan oposisi Suriah sejak 2012. Wilayah kantung itu telah mengalami blokade ketat dan dihujani serangan udara oleh jet tempur Suriah dan Rusia selama berbulan-bulan, menyebabkan kehancuran infrastruktur dan banyak korban warga sipil.
Pemerintah Presiden Bashar Al-Assad sedang menunggu akhir evakuasi sehingga dapat menyatakan penyelesaian ofensif untuk merebut kembali Aleppo secara keseluruhan.
Meskipun badai salju terjadi pada Rabu, evakuasi terus berlangsung selama sehari menggunakan puluhan bus dan kendaraan lainnya.
Seorang sumber militer Suriah mengatakan evakuasi berjalan tanpa hambatan.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Namun, Ahmad Qarra Ali dari kelompok oposisi Ahrar Al-Sham mengatakan, cuaca buruk telah menyebabkan penundaan.
“Warga sipil dan pemberontak belum naik bus,” katanya.
Selama penundaan, pengungsi menghabiskan berjam-jam dalam suhu beku menunggu di bus untuk berangkat. Salju menyelimuti Aleppo dan bangunan-bangunan yang hancur.
“Bus tidak dipanaskan. Para penumpang, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, menderita kedinginan. Mereka tidak memiliki makanan atau air,” kata Ahmad Al-Dbis, yang memimpin tim dokter dan relawan yang mengkoordinir evakuasi. (T/P001/P2)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB