Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto Anak Gaza Korban Genosida Israel Menangkan World Press Photo 2025 di Amsterdam

Rudi Hendrik Editor : Bahron Ans. - 32 detik yang lalu

32 detik yang lalu

0 Views

Jurnalis Palestina Samar Abu Elouf di Gaza, lokasi target serangan udara Israel. (Gambar: dok. QNN)

Foto yang memukau dari seorang anak Palestina yang terluka oleh genosida Israel telah memenangkan hadiah utama di ajang penghargaan World Press Photo 2025, 17 April di Amsterdam.

Foto yang diambil oleh jurnalis Palestina Samar Abu Elouf tersebut, menangkap dampak mengerikan dari perang Israel terhadap anak-anak Gaza melalui mata seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang kehilangan kedua lengannya dalam sebuah serangan udara.

Abu Elouf yang juga merupakan penyintas genosida, mengambil foto tersebut di Doha, tempat anak tersebut, Mahmoud Ajjour, kini tengah dalam masa pemulihan.

Foto yang dibuat untuk The New York Times itu memperlihatkan Mahmoud dengan pipi cekung, wajah pucat, dan tanpa lengan yang merupakan rekaman visual genosida yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Baca Juga: Gaza: Nyawa 200.000 Pasien Terancam Akibat Penutupan Penyeberangan

“Ini adalah foto yang senyap tetapi sangat ekspresif,” kata Joumana El Zein Khoury, Direktur Eksekutif World Press Photo. “Film ini menceritakan kisah seorang anak laki-laki, tetapi juga kisah perang brutal yang akan melukai banyak generasi.”

Gambar anak Palestina Mahmoud Ajjour, korban serangan udara Israel di Jalur Gaza yang mendapat perawatan medis di Doha, Qatar. (Foto: The New York Times/Samar Abu Elouf )

Mahmoud terluka pada bulan Maret 2024 saat Israel mengebom Kota Gaza. Sejak saat itu, lebih dari 51.000 warga Palestina telah syahid dan lebih dari 116.000 orang terluka, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Saat Mahmoud terbangun di ranjang rumah sakit tanpa lengannya, kata-kata pertamanya kepada ibunya adalah: “Bagaimana aku bisa memelukmu sekarang?”

Momen itu membekas dalam ingatan Abu Elouf.

Baca Juga: UNRWA: Lebih dari 2,1 Juta Orang Terjebak Kelaparan di Gaza

“Saya menangis selama berhari-hari setelah memotretnya,” katanya. “Itu bukan sekadar gambar. Itu adalah rasa sakit dari Tanah Air. Itu juga rasa sakit saya.”

Abu Elouf melarikan diri dari Gaza pada Oktober 2023 bersama keempat anaknya setelah selamat dari pengeboman Israel yang berulang kali. Dia sekarang tinggal di Qatar, di kompleks perumahan yang sama dengan Mahmoud. Dari sana, dia terus mendokumentasikan kehidupan warga Palestina yang terluka yang beruntung bisa dievakuasi secara medis dari Gaza.

Lensa kameranya telah menangkap gambar wanita, anak-anak, dan seluruh keluarga yang hidupnya hancur. Namun, gambar Mahmoud ini—seorang anak yang masa depannya dirampas—berbicara lebih keras daripada kata-kata.

“Setiap foto yang saya ambil adalah bagian dari hati saya,” katanya. “Mahmoud dan yang lainnya bukan sekadar subjek—mereka adalah bagian dari cerita saya.”

Baca Juga: Memasak adalah Keteguhan di Gaza

Mahmoud kini menggunakan kakinya untuk menggulir layar ponsel, mengetik pesan, dan membuka pintu. Ia masih membutuhkan bantuan untuk makan, berpakaian, dan melakukan tugas sehari-hari. Mimpinya sederhana: menerima lengan palsu dan kembali menjadi anak normal.

Juri memuji gambar tersebut karena kekuatan emosionalnya dan “komposisi serta penggunaan cahaya yang kuat,” menyebutnya sebagai foto yang “memaksa kita untuk mengajukan pertanyaan sulit—tentang keadilan, tentang masa kanak-kanak, tentang masa depan.”

Gambar pemenang dipilih dari 59.320 entri oleh 3.778 jurnalis foto. Itu adalah salah satu dari 42 foto yang dipilih tahun ini.

Pemenang lainnya termasuk foto kekeringan di Amazon dan migran yang menyeberang ke AS — tetapi foto Samar Abu Elouf menonjol karena alasan yang berbeda: foto itu memperlihatkan wajah perang Israel terhadap anak-anak Gaza.

Baca Juga: Puluhan Ribu Jamaah Shalat Jumat di Masjidil Aqsa

“Saya selalu bermimpi mengambil foto yang akan mengakhiri perang ini,” kata Abu Elouf. “Jika foto kita tidak dapat menghentikan pembunuhan, lalu apa nilai sebuah foto?”

Ia tidak asing dengan pengakuan global. Pada tahun 2024, ia menerima Penghargaan Kebebasan Pers Internasional dari Jurnalis Kanada untuk Kebebasan Berekspresi. Karyanya telah dimuat di Reuters, The New Yorker, dan The New York Times.

Namun, penghargaan ini sangat pribadi.

“Saya dari Gaza,” katanya. “Ini wajah saya. Ini kesedihan saya.”

Baca Juga: PBB: Satu dari Sepuluh Bom Israel di Gaza Gagal Meledak

Ia menambahkan, “Kemenangan ini sangat berarti — bukan karena hadiahnya, tetapi karena pesannya tersampaikan.”

Menurut World Press Photo, lebih dari 2.100 media di seluruh dunia telah menerbitkan gambar tersebut.

Abu Elouf mengatakan, foto itu tidak akan pernah berhenti menyakitinya. “Setiap kali saya melihatnya, kegembiraan atas kemenangan itu memudar. Namun, kemenangan yang sesungguhnya adalah bahwa dunia kini mengenal Mahmoud — dan apa yang terjadi padanya.” []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Dubes AS yang Baru Serbu Tembok Buraq dan Letakkan Surat dari Trump

Rekomendasi untuk Anda