FPPTI: Anggaran Bahan Baca Perpustakaan Berkurang Akibat Pandemi

Jakarta, MINA – Ketua Umum Forum Perguruan Tinggi Indonesia (), Mariyah mengatakan, anggaran bahan bacaan untuk perpustakaan berkurang akibat pandemi Covid-19 yang melanda.

“Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap pengadaan bahan bacaan, layanan, dan ekonomi Indonesia. Anggaran pengadaan bahan bacaan perpustakaan dikurangi karena dana dialokasikan untuk penyediaan protokol kesehatan (Covid-19),” katanya pada Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2021 “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi Dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural” secara virtual, Selasa (23/3).

Indonesia peringkat kedua negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak dunia yakni 164.610. Sementara perpustakaan perguruan tinggi (ada 6.552 (3,98 persen).

Menurutnya, fasilitas yang dibutuhkan untuk memberikan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka merupakan bagian dari sarana prasarana yang harus tersedia di perpustakaan.

Selain itu, pandemi juga berdampak munculnya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memaksa perpustakaan perguruan tinggi mengatur layanan dan akses secara daring.

Kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Bahan Bacaan di perguruan tinggi harus dapat diakses bersama dengan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Afiliasi.

Standar bahan bacaan di perpustakaan perguruan tinggi adalah koleksi yang harus memenuhi keragaman jenis, jumlah ketersediaan dan pengembangannya.

Jenis koleksi cetak dan digital, karya rekam untuk koleksi buku wajib mata kuliah, bacaan umum, referensi, terbitan berkala, muatan lokal, laporan penelitian dan literatur kelabu.

FPPTI menjadi wadah kerjasama perpustakaan perguruan tinggi yang berkarakter, unggul, berintegritas, terpercaya, dan mempunyai reputasi di tingkat nasional, regional, dan internasional.

“Selain itu penambahan jumlah dan jenis bahan bacaan setiap tahunnya minimal 3% dari total koleksi yang ada. Peran FPPTI dalam menyiapkan bahan bacaan menuju Perguruan Tinggi Menulis yakni konsorsium e-resources FPPTI, MoU TAF, MoU dengan Perpustakaan Nasional RI, Sosialisasi e-Journal Kemenristek DIKTI, Materi Literasi: e-resources dan e-library Perpustakaan Nasional,” ungkapnya.

Perguruan Tinggi Menulis bertujuan pemeringkatan (World University Ranking). Beberapa perguruan tinggi di Indonesia, berupaya memiliki reputasi internasional dan masuk dalam jajaran Universitas berkelas dunia.

“Perguruan Tinggi Menulis sebagai persyaratan naik pangkat atau jabatan (Dosen/Peneliti), sementara untuk untuk mahasiswa adalah persyaratan kelulusan (wisuda),” ucap Mirayah.

Namun hal tersebut juga harus didukung dengan budaya untuk selalu menulis dan kesempatan untuk menyalurkan tulisannya.

“Lahirnya budaya menulis di perguruan tinggi perlu dilakukan tidak hanya dalam jangka pendek, namun perlu dibuat untuk jangka panjang, sehingga budaya tersebut menjadi warisan yang akan terus dilahirkan oleh setiap generasi dan tulisannya bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tambahnya.(R/R5/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)