Pekanbaru, 25 Syawwal 1436/10 Agustus 2015 (MINA) – Pemerintah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menargetkan untuk memproduksi 2,5 liter juta pupk cair Bio Urine per bulan, diolah dari urine sapi dan kemudian dipasarkan di daerah itu serta sejumlah wilayah lain sebagai pengganti pupuk kimia yang dinilai mengancam kesuburan tanah.
“Bio Urine produksi Kampar merupakan pupuk berkualitas tinggi dan justru akan kembali menyuburkan tanah yang selama ini telah dirusak oleh penggunaan pupuk kimia,” kata Bupati Kampar Jefry Noer kepada pers di Kampar, Ahad kemarin, Antara News melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Jefry menjelaskan, produksi Bio Urine saat ini diterapkan lewat Program Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi (RTMPE). Dalam program tersebut, tiap rumah tangga mandiri diminta untuk memelihara enam ekor sapi di atas lahan seluas seribu meter persegi.
Nantinya, lanjut dia, tiap rumah tangga mandiri akan mampu menghasilkan sebanyak 500 hingga 1.000 liter Bio Urine yang diolah dari urine enam ekor sapi tersebut.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan
Untuk tahun ini, lanjut Jefry, ditargetkan bakal ada 1.500 hingga 2.500 warga termasuk seluruh pejabat eselon hingga camat dan kepala desa yang diwajibkan melaksanakan Program RTMPE.
Jika teralisasi, ujarnya, maka Kampar akan mampu memproduksi sekitar 2,5 juta liter Bio Urine setiap bulannya dan akan dipasarkan ke sejumlah petani lokal maupun luar daerah.
Bio Urine produksi RTMPE Kampar sebelumnya telah terbukti baik untuk tanaman hortikultura bahkan kelapa sawit. Hasilnya lebih memuaskan dan kesuburan tanah tetap terjaga.
Untuk tanaman sayuran atau hortikultura yang menggunakan Bio Urine, lanjut dia, sebelumnya telah menuai hasil lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kimia. Sementara untuk tanaman kelapa sawit, terbukti telah menumbuhkan kesuburan luar biasa.
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
“Pada umur yang masih 10 hingga 12 bulan saja, sawit yang menggunakan Bio Urine telah tumbuh dengan buah dompet. Pada tanaman sawit lain, normalnya buah dompet ada setelah berumur 16 bulan ke atas,” katanya.
Simbol Kemajuan
Sebelumnya Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian menyatakan Bio Urine Kampar menjadi simbol kemajuan pertanian nasional.
“Saya telah melakukan peninjauan ke Kampar beberapa kali dan selalu menyampaikan dalam beberapa pertemuan di luar daerah termasuk di Kalimantan. Hasilnya banyak daerah yang tertarik untuk mengadopsinya,” kata Kepala Balitsa Dr Liferdi.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Petinggi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit Wicaksana Darmosarkoro menyatakan, Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan pionir bagi pengembangan lahan kelapa sawit menggunakan pupuk organik dan Bio Urine hingga melepaskan ketergantungan pupuk kimia yang selama ini terbukti merusak kesuburan tanah.
“Ini merupakan kunjungan kedua saya ke Kampar dan selalu ada yang menarik perhatian saya. Kali ini pola pengembangan kelapa sawit menggunakan Bio Urine yang sangat luar biasa dampaknya,” kata Wicaksana.
Ketua Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (CPO Fund) Rusman Heryawan mengatakan, penggunaan Bio Urine pada tanaman sawit akan sangat baik bahkan berkelanjutan.
Katua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Riau Wisnu Oriza mengatakan pengembangan pupuk organik dan biourine di Kampar akan didukung sepenuhnya.
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda
“Harapannya kedepan daerah dapat mandiri dan tidak lagi ketergantungan pupuk kimia yang diimpor. Kami akan melakukan gajian lanjutan,” katanya. (T/R03/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga